Jumat, 14 September 2007

Mendapatkan Kebahagiaan dari Perangkat Rumah

Mendapatkan Kebahagiaan dari Perangkat Rumah

Ardi Joanda

Gila...edan…beli satu furnitur sampai ratusan juta!" Begitulah komentar sepasang suami-istri yang mengunjungi suatu tempat pameran furnitur impor delapan tahun silam. Namun, sekarang pasangan tersebut akan berkomentar lain dan bahkan akan meng-endorse Anda menjadi pencinta furnitur pula.

Seorang di antara mereka menyebutkan, "Beberapa teman kami ada yang memiliki koleksi lukisan bernilai miliaran rupiah, dan bahkan menjadi patron bagi pelukis-pelukis muda berbakat. Kami juga mendapatkan happiness yang sama dengan mengoleksi perangkat rumah seperti furnitur yang unik dan indah," kata mereka

Bagaimana pasangan suami-istri yang tadinya membutuhkan furnitur hanya sebagai barang fungsional, sekarang memburu furnitur sebagai barang seni?

Menjanjikan kebahagiaan

Tren "mengoleksi furnitur sebagai barang seni" dan bukan sekadar digunakan secara fungsional telah menjadi pola kehidupan masyarakat mampu di Indonesia, seperti halnya di negara maju. Harga bukan lagi menjadi faktor utama penentu keputusan.

Keputusan untuk membeli dari seorang pencinta furnitur dapat disederhanakan dalam dua kelompok value-driven yang berbeda:

1. Beauty atau keindahan sebuah furnitur sangatlah subyektif, tetapi menentukan nilai belinya. Keindahan sebuah furnitur dapat dilihat dari segi bentuk, ide, material, warna, atau komposisinya.

Konsep interior yang dipilih sang tuan rumah bersama dengan desainer interior dan arsiteknya, apakah itu modern, klasikal (classical), ataupun etnikal (ethnical) akan menjadi panduan utama dalam memilih furnitur. Namun, kenyataannya, pilihan furnitur di luar konsep interior—indah menurut sang tuan rumah—kerap tetap terjadi. Apalagi jika sebuah furnitur memberikan kesan sentimental baginya.

2. Prestise atau kebanggaan memiliki sebuah furnitur bak memiliki mobil mewah pada pencinta mobil.

Sudah menjadi kultur bagi masyarakat Indonesia untuk mengundang kerabat dan sahabat ke kediamannya, terutama jika arsitektur dan interior rumahnya sangat membanggakan tuan rumah. Lebaran, Natal, pesta pernikahan atau ulang tahun, pesta naik jabatan, bahkan ada kalanya pesta arisan, merupakan momen-momen sang tuan rumah memburu furnitur baru.

Dalam kurun waktu lima tahun ini arsitektur dan interior rumah mewah di Indonesia banyak didominasi oleh gaya klasikal. Moto "rumahku istanaku" sudah melekat di benak masyarakat Indonesia sehingga pilihan gaya klasikal sangat mudah digandrungi karena memberikan kesan aristrokratik.

Kelompok pencinta furnitur kedua ini akan sangat memerhatikan merek, desainer, negara asal, jumlahnya terbatas, dan bahkan tingginya harga (prestige pricing).

Memiliki satu furnitur, baik yang didasari oleh nilai keindahan maupun nilai kebanggaan, pada prinsipnya merupakan upaya menjanjikan kebahagiaan bagi pencinta furnitur. Kebahagiaan yang dimaksud hendaklah tidak disalahartikan dari sudut religi.

Meminjam teori pyramid of human needs dari Abraham Maslow, kebahagiaan yang dimaksud merupakan tingkat kebutuhan manusia yang lebih tinggi, yaitu belonging and social needs, esteem, dan self-actualization (kepemilikan dan kebutuhan sosial, penghargaan, serta aktualisasi diri).

Tak dapat ditandingi

Bagi perusahaan penyelia furnitur di niche market ini, competitive advantage yang wajib diciptakan adalah persepsi publik terhadap integritas dan brand positioning perusahaan yang tidak dapat ditandingi oleh perusahaan lainnya (invincibly excellent reputation). Inilah yang menjadi faktor penentu ke mana pencinta furnitur mencari barang yang dibutuhkannya.

Diperlukan waktu, biaya, dan terutama tekad penuh dalam membangun serta menjaga reputasi perusahaan. Sejarah telah membuktikan, banyak perusahaan besar yang kolaps karena mengejar keuntungan jangka pendek, tetapi mengorbankan reputasi perusahaan.

Dengan demikian, hanya perusahaan yang selalu dengan setia menawarkan pilihan furnitur dengan kualitas baik dan otentik yang akan sukses menumbuhkan animo serta loyalitas pelanggan.

Selain menumbuhkan reputasi, perusahaan sepatutnya selalu membuat kebijakan, strategi, dan program yang berpangkal dari sudut pandang pelanggan. Misalnya, pilihan furnitur yang sesuai dengan minat pelanggan atau tren pasar (product differentiation), dan pelatihan karyawan untuk meningkatkan kualitas kerja dan pelayanan kepada pelanggan (service and personnel differentiation).

Diperlukan tidak hanya penampilan individual, melainkan juga kerja sama tim yang andal dan tanggap 7 hari-24 jam dari semua lini (product consultant, design consultant, delivery team, customer service) dan back-officers. Pengalaman penulis membuktikan bahwa dengan terbangunnya sumber daya manusia yang andal dan cekatan, maka perusahaan akan sangat mudah mencapai posisi invincibly excellent reputation.

Banyak orang beranggapan, dengan pilihan yang banyak dan harga yang murah sudahlah cukup untuk mengundang animo masyarakat. Mungkin hal ini berlaku untuk pelanggan yang berorientasi harga (price oriented). Pelanggan setia fashion brand yang sukses, seperti Hermes dan Louis Vuitton, ternyata tetap berbondong-bondong membeli barang-barang yang disukainya tanpa diskon. Bahkan ada yang harus mendaftar serta menunggu berbulan-bulan hanya untuk menambah satu lagi koleksi tas tangannya.

Mereka merasa puas dan bahagia memiliki produk merek-merek tersebut. Ini membuktikan bahwa invincibly excellent reputation yang dibangun secara konsisten dapat menanamkan hubungan emosional dengan pelanggan. Bahkan pelanggan-pelanggan itulah yang akan aktif membantu promosi. Mereka menceritakan tentang bagusnya produk dan pelayanan sebuah perusahaan kepada kerabat dan sahabat mereka secara sukarela (word of mouth marketing).

So, if you make your customers 100 percent happy, they will support you 200 percent!

Ardi Joanda Pemerhati rumah Indonesia
Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872

Tidak ada komentar:

Posting Komentar