Sabtu, 22 September 2007

”Cluster” Makin Diminati Masyarakat

Bisnis Perumahan Tetap Marak
Sistem Pemasaran ”Cluster” Makin
Diminati Masyarakat

JAKARTA – Harapan cerah diperkirakan bakal menaungi sektor perumahan nasional. Penjualan rumah baru diperkirakan bertumbuh sebesar 24,6 persen.

Lihat saja hasil riset yang dilakukan oleh konsultan properti Panangian Simanungkalit and Associates (PSA). Disebutkan, total rumah yang terjual untuk tahun 2003 berjumlah 137.550 unit, meningkat diban-dingkan tahun lalu yang jumlahnya 110.400 unit. Dari jumlah tersebut, penjualan rumah segmen menengah dan atas seluruhnya mencapai 11.000 unit (tahun 2002) atau sekitar 10 persen dari total rumah.
Cerahnya pasar properti Indonesia juga ditunjukkan oleh survei yang dilakukan PT Procon Indah. Dibandingkan tahun 2001, sepanjang tahun 2002, tingkat hunian pasar apartemen meningkat 3,7 persen menjadi sebesar 63,5 persen. Sementara itu tingkat penjualan untuk kondominium juga meningkat tipis sebesar 2,1 persen menjadi 79,2 persen.
Akan halnya para pengembang (developer) menyambut tahun 2003, juga dengan sikap optimistis.
Daksa Group, Jaya Property, Bumi Serpong Damai (BSD), dan developer lain, telah berancang-ancang untuk segera tancap gas membangun rumah-rumah tipe menengah dan atas. Optimisme tersebut bukannya tanpa alasan. Meskipun secara makro ekonomi Indonesia tahun lalu belum pulih dan hanya tumbuh sekitar 3,66 persen, tetapi penjualan rumah justru tumbuh dua kali lipat sebesar 10 persen.
Tidak salah jika konsultan properti Panangian Simanungkalit menyebut di sektor properti nasional terjadi apa yang ia sebut sebagai ”anomali ekonomi”. Meminjam istilah ekonom UI, Chatib Basri, properti Indonesia memiliki hidden economy alias ekonomi yang tidak terlihat. Secara kasat mata kita saksikan, pameran properti tetap saja penuh sesak dipenuhi pengunjung. Transaksi jual-beli rumah baru terus berlangsung, seakan tak terpengaruh oleh kondisi ekonomi yang belum pulih. Pengalaman penulis mengikuti pameran, tidak jarang untuk tipe rumah tertentu harus rela antri menunggu rumah bisa ditempati (indent). Rata-rata orang harus indent 3-4 bulan.

Menjamur
Menyimak lebih jauh trend perumahan khususnya rumah kelas menengah-atas di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek), tampaknya para pengembang semakin banyak yang menerapkan sistem klaster (cluster) dalam pembangunan rumah. Menjamurnya rumah-rumah dengan model ini dengan kasat mata terlihat jelas. Jika Anda melaju ke arah Cileungsi melalui Cibubur, terlihat jelas spanduk-spanduk yang menawarkan rumah untuk beragam klaster seperti Kensington, Ca-lifornia, Windsor, San Fransisco, Florida. Semuanya itu masuk ke dalam pengembangan perumahan Kota Wisata.
Bertetangga dengan Kota Wisata, perumahan Legenda Wisata juga membangun tiga klaster baru. Masing-masing terdiri dari sekitar 200-300 unit rumah. Harganya? Cukup menguras isi kantong, berkisar antara Rp 300 juta hingga lebih dari Rp 1 miliar.
Lain lagi dengan Kota Bunga di Puncak Bogor yang membangun klaster baru seperti Kyoto sebanyak 70 unit dan Oriental sebanyak 12 unit seharga antara Rp 250 juta-Rp 6 miliar.
Masih di seputar Jakarta, rumah-rumah yang berkelompok seperti itu juga kita jumpai di perumahan Bumi Serpong Damai (BSD). Tidak kurang dari 14 hingga 15 cluster tersebar di sini.
Kini banyak sekali pengembang yang melakukan hal yang sama yakni membangun dengan sistem klaster. Makin banyak dibangun artinya makin disukai orang. Pertanyaannya, apakah kelebihan sistem klaster itu sehingga semakin disukai masyarakat?

Privasi
Menurut Donny Rahajoe, Humas Bumi Serpong Damai (BSD), adanya klaster menawarkan sejumlah kelebihan yang sulit dijumpai pada model perumahan biasa. Pertama, katanya, adanya taman besar di mana para penghuni klaster tersebut dapat menggunakannya untuk berbagai keperluan seperti pesta barbeque, sebagai taman lingkungan.
Selain itu privasi bagi penghuni menjadi lebih terasa karena pada sistem klaster ini kendaraan tidak bisa seenaknya keluar masuk. Biasanya hanya penghuni yang memiliki akses dan ada satpam atau petugas keamanan yang menjaga.
”Dengan klaster, keselamatan anak-anak lebih tinggi karena lalu lintas menjadi tidak ramai, polusi suara dapat ditekan, mendukung program lingkungan karena adanya taman dapat untuk resapan air, di samping keakraban yang semakin terjalin karena di sini rumah-rumah dibangun tanpa pagar,” ujarnya kepada SH di Jakarta, Jumat (28/3).
Donny menyebutkan bahwa pihaknya sejak lama telah membangun perumahan dengan sistem klaster. Hanya saja belakangan ini kebutuhan semakin tinggi dan BSD pun semakin banyak pula membangun rumah sistem klaster.
Jika awalnya BSD punya Taman Tirta Golf, sekarang bertambah dengan dibangunnya Taman Telaga Golf, Taman Edelweiss, Taman Chrysant, Taman Giriloka, Puspitaloka, Bukit Golf, dan sebagainya.
Berapa banyak rumah dalam satu klaster, Donny berujar, untuk klaster lama isinya bisa mencapai 600 rumah. Ia mengistilahkan sebagai super blok. Tetapi kini dengan lebih mengedepankan efisiensi ruang dan pasar, paling-paling dalam satu klaster berisi 30-100 rumah. Tipe rumah umumnya kelas menengah dengan luas tanah antara 150 hingga 1000 meter persegi.
Sejauh ini BSD, kata Donny, sudah membangun sekitar 15.000 unit rumah. Dari jumlah itu yang telah dihuni sekitar 13.000 unit pada luas areal 1.400 hektare. Bicara soal jumlah penghuni, di BSD seluruhnya mencapai 70.000 jiwa.
”Ini artinya tingkat hunian di BSD di atas 70 persen. Ini luar biasa untuk ukuran kawasan perumahan seluas BSD,” katanya.
Mengapa demikian, Donny mengklaim Bumi Serpong Damai memiliki kombinasi magnet-magnet yang membuat orang tertarik tinggal di perumahan satu ini. Selain memiliki hunian yang nyaman, BSD memiliki tidak kurang 45 sekolah, mulai dari Sekolah Dasar Negeri (SDN), sekolah internasional, hingga perguruan tinggi seperti Swiss German University, Institut Teknologi Indonesia, dan yang akan menyusul adalah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Supra (dahulu STIE Kalbe).
Akses yang terjamin dengan adanya tol Pondok Aren-Ulu-jami, dan kemungkinan dibangun pusat perbelanjaan (trade center) di kawasan ini, membuat BSD memiliki daya tarik tersendiri tidak saja bagi masyarakat lokal, namun juga bagi kalangan ekspatriat atau orang asing yang ingin menetap di Jakarta.

Pilihan
Pengamat properti, Panangian Simanungkalit kepada SH di Jakarta, Jumat (28/3) berpendapat, sistem klaster memiliki nilai plus. Karena dengan klaster pembeli memiliki pilihan beragam (multiple choice).
”Misalnya, developer memiliki lahan yang tidak terlalu luas semisal 20 hektare, ia dapat memecahnya menjadi masing-masing seluas 5 hektare untuk setiap klaster yang berbeda-beda. Ini akan bisa memberi daya tarik kepada kawasan itu dan masyarakat memiliki pilihan tempat tinggal,” katanya.
Keuntungan lain dari sistem klaster katanya, adalah faktor keamanan. Dengan klaster aspek keamanan kawasan bisa dijaga karena biasanya pintu masuk dan keluarnya dibatasi. Ini katanya berbeda dengan perumahan yang dibangun secara massive atau massal, di mana akses keluar masuknya pun relatif lebih banyak.
Seperti pada perumahan Alam Sutera di kawasan Tangerang, yang memiliki klaster perumahan seluas 5-8 hektare atau 150-250 rumah, masing-masing klaster hanya memiliki satu buah gerbang masuk yang dijaga 24 jam. Kompleks perumahan ini mengutamakan keseimbangan antara keamanan terpadu dan kehidupan sosialisasi yang akrab di alam yang tertata alami dan indah.
Dengan kata lain, sistem klaster tetap menjadi incaran, baik bagi kalangan developer maupun masyarakat. Trend klaster ini diperkirakan akan berlanjut di tahun 2003, seiring dengan menggeliatnya sektor properti dan konstruksi menyusul semakin menurunnya suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Kita lihat saja.
(SH/rudy victor sinaga)

Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872

Desain Rumah Minimalis Design Interior Eksterior Jasa Renovasi Bangunan Arsitektur Moderen Gambar 3D Animasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar