Jumat, 21 September 2007

Harga membangun rumah naik

Harga Rumah Sederhana Segera Naik



Kenaikan harga RS/RSS merupakan konsekuensi ligis dari kenaikah harga material bangunan. Yang perlu diperhatikan adalah daya beli masyarakat yang kini semakin menurun. Pemerintah sudah mengumumkan harga bahan bakar minyak (BBM) akan naik sebelum 15 April 2005.

Pasar pun mereaksi pengumuman itu dengan menaikkan sejumlah komoditas. Yang pasti naik begitu ada kenaikan BBM adalah harga sembako (sembilan bahan pokok). Kenaikan BBM juga memicu naiknya harga-harga kebutuhan lain, termasuk bahan bangunan.

Kenaikan harga bangunan banyak dikeluhkan tidak hanya oleh masyarakat umum, namun juga oleh para developer (pengembang). Karena itu, Real Estat Indonesia (REI) kemudian mengajukan usulan kenaikan harga rumah sangat sederhana (RSS) atau rumah sehat sederhana (RSH). Persentase kenaikan yang diusulkan sebesar 20-30 persen. Artinya, jika harga satu unit RSS/RSH saat ini sekitar Rp 36 juta, maka REI mengusulkan agar harganya naik menjadi Rp 43 juta hingga Rp 46 juta per unit.

Ketua Umum REI, Luqman Purnomo Hadi menuturkan, usulan kenaikan harga RSS/RSH itu sudah disampaikan kepada pemerintah c.q Menteri Perumahan Rakyat (Menpera). Sampai saat ini usulan tersebut masih digodok oleh tim yang dibentuk Menpera. Kenaikan harga rumah sederhana, kata Luqman, sesuatu yang sangat dilematis. ''Mau tidak mau memang harus dinaikkan. Jika tidak, para pengembang tidak akan bisa membangun rumah sederhana lagi. Atau, malahan mereka akan berpaling membangun rumah untuk kalangan menengah ke atas,'' tuturnya.

Harga baja dunia
Menurut Luqman, 70 persen komponen biaya pembangunan rumah adalah bahan bangunan (material). Sedangkan 30 persen sisanya adalah upah pekerja. Kenyataannya, pada saat ini harga bahan bangunan naik cukup tajam. Bahkan, untuk beberapa komoditas, seperti baja dan kayu, kenaikannya mencapai 60-70 persen. Pada akhirnya kenaikan harga material bangunan kemudian dikalkulasikan terhadap harga jual rumah.

''Rasanya sulit kalau harga rumah tidak dinaikkan. Kalau para pengembang tidak bisa bangun rumah sederhana lagi, atau justru beralih membangun rumah menengah ke atas, masyarakat bawah juga yang akan rugi,'' imbuh Luqman. Kenaikan harga material bangunan ini, menurut Luqman, tidak semata-mata disebabkan oleh rencana kenaikan harga BBM. Tapi, juga oleh sebab lain. Misalnya, kenaikan harga baja dunia pada Desember 2004 lalu. Dengan kenaikan BBM ini, maka harga-harga menjadi naik lagi.

Ada komoditas bangunan seperti kayu yang harganya tidak bisa dikendalikan oleh pemerintah. Tapi harga rumah sederhana masih bisa dikendalikan oleh pemerintah.''Ini yang repot. Kayu naiknya tidak bisa dikendalikan pemerintah, sementara harga rumah tetap dikendalikan oleh pemerintah,'' jelasnya. Apakah kenaikan harga rumah sederhana ini tidak akan mengganggu program satu juta rumah dari pemerintah? Luqman menyatakan, kenaikan harga rumah sederhana merupakan konsekuensi logis dari perkembangan situasi harga-harga saat ini. ''Para pengembang saat ini tidak berhenti. Mereka terus membangun. Itu ada konsekuensinya. Di antaranya mereka harus membayar bunga bank,'' paparnya.

Senada dengan Luqman, pimpinan Strategic Consulting & Investment, lembaga riset properti Jones Lang Lassale, Bayu Utomo, mengatakan, kenaikan harga rumah sederhana merupakan konsekuensi logis dari kenaikan harga material bangunan. Yang perlu diperhatikan adalah daya beli masyarakat yang kini semakin menurun. ''Kalau harga rumah naik tapi daya beli masyarakat menurun, maka para pengembang tidak dapat pembeli,'' katanya. Karena itu, kata Bayu, sedikit banyak kenaikan harga rumah akan berpengaruh terhadap dunia properti, khususnya sektor perumahan.

Gap tambah lebar
Yang terlibat dalam dunia properti, kata Bayu, adalah pemerintah, developer, dan masyarakat selaku end user. Masing-masing pihak harus mendapat keuntungan sesuai dengan ukurannya sendiri.''Pemerintah harus tetap mendapat keuntungan berupa pemasukan pajak. Pengembang juga harus mendapat profit agar dia bisa menjalankan usahanya. Konsumen juga harus mendapat keuntungan berupa kemampuan daya beli. Kalau harga beli di atas kemampuan beli masyarakat, ya tidak bisa,'' tuturnya.

Dengan adanya kenaikan harga rumah jenis ini, menurut anggota pengurus harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Sudaryatmo, jarak gap untuk mendapatkan rumah sederhana menjadi semakin lebar. ''Kalau harga rumah sederhana terus naik, maka akses masyarakat bawah untuk mendapatkannya menjadi semakin jauh. Ini yang membuat gap masyarakat terhadap rumah sederhana semakin lebar. Padahal, rumah merupakan kebutuhan riil masyarakat,'' katanya.

Pemerintah Perlu Bangun Rumah Sewa Murah
Kenaikan harga rumah, menurut anggota pengurus harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Sudaryatmo, memang sulit dihindari akibat gejolak harga-harga bahan bangunan menjelang kenaikan harga BBM. Namun, pemerintah harus bertanggung jawab untuk tetap memberikan akses kepada masyarakat bawah untuk mendapatkan tempat tinggal.

''Rumah merupakan kebutuhan riil masyarakat. Karena itu, masyarakat bawah tetap harus mendapatkan akses untuk mendapatkan tempat tinggal. Kalau mereka tidak bisa memiliki atau membeli, minimal bisa menyewa,'' katanya. Karena itu, menurut Sudaryatmo, pemerintah perlu membangun rumah-rumah sewa dengan tarif sewa yang murah. Pola-pola subsidi semacam ini masih relevan untuk dilakukan.

Subsidi bagi masyarakat bawah, lanjut Sudaryatmo, alokasinya harus benar-benar diperhatikan dan jangan bersifat karikatif (dibagi-bagi). Sebab begitu dibagi-bagi, maka akan habis dengan sendirinya. ''Subsidi perlu diberikan secara lebih sistemik dan jangka panjang. Salah satunya, bisa dengan cara membangun rumah-rumah sewa namun dengan tarif murah agar bisa terjangkau masyarakat bawah,'' ujarnya.

Lebih lanjut Sudaryatmo menyatakan, sebelum menaikkan harga BBM pemerintah seharusnya melakukan financial chek up. Artinya, kemampuan finansial pemerintah harus diaudit terlebih dahulu. Pola semacam ini sudah banyak dilakukan oleh negara-negara lain. Sudaryatmo juga menilai, pemerintah tidak fair dalam rencana kenaikan harga BBM yang berakibat pada kenaikan harga-harga termasuk bahan bangunan.

Sebab, rencana itu tidak diikuti dengan tindakan pemerintah untuk menaikkan pendapatan masyarakat. ''Harusnya kalau pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM, maka pemerintah juga harus bertanggungjawab menaikkan pendapatan masyarakat. Agar daya beli masyarakat tidak semakin menurun,'' imbuhnya.

Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872

Desain Rumah Minimalis Design Interior Eksterior Jasa Renovasi Bangunan Arsitektur Moderen Gambar 3D Animasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar