Sabtu, 22 September 2007

Modern Minimalis Masih Menjadi Pilihan Utama

Modern Minimalis Masih Menjadi Pilihan Utama

Oleh Cornelius Helmy

Tren pembangunan dan kepemilikan rumah tidak ubahnya seperti yang terjadi pada pakaian, sepatu, atau telepon genggam. Pemilikan rumah telah menjadi gaya hidup ketimbang sekadar berfungsi utama sebagai rumah tinggal.

Akan tetapi, meski tren terus berputar, penentuan pola rumah juga tidak lepas dari kebutuhan masyarakat. Di tengah masyarakat yang ingin serba sederhana dan praktis, gaya rumah mo-dern minimalis menjadi pilihan utama.

Bangunan ini sendiri aslinya cenderung berbentuk balok dengan tembok persegi di semua sisi. Meski ada bangunan tambahan, biasanya dibuat dengan pola yang sama dengan ukuran lebih kecil. Biasanya bangunan tambahan diletakkan di atas atau samping bangunan utama. Nyaris tidak ada lekukan atau bentuk lain dalam penampilannya.

Yang paling membedakan dengan rumah gaya mediteran atau bentuk lain adalah interior di dalamnya yang dibuat berdasarkan kebutuhan. Interior dibuat dengan menonjolkan bentuk asli tanpa harus menambah aksesori tambahan. Bahkan tiang penyangga pun ditonjolkan sebagai hiasan dengan cat berwarna logam.

Pengajar pada Program Studi Desain Interior Departemen Desain Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung, Gregorius Prasetyo Adhitama, melihat, meski terkenal dengan sebutan modern minimalis, bukan berarti rumah dibangun dengan dana minimal atau di atas lahan terbatas. Namun, itu lebih difokuskan pada bentuk rumah yang dibangun sesuai dengan kebutuhan si pemilik.

Pembangunannya pun tidak lantas hanya menjadi milik masyarakat ekonomi menengah ke bawah, tapi berubah menjadi pilihan utama bagi semua tingkat ekonomi. Oleh karena itu, bukan tidak mungkin biaya yang dibutuhkan untuk membangun rumah modern minimalis jauh lebih besar daripada rumah jenis lain. Jadi, menurut Prasetyo, baik di Bandung atau di daerah lain keterbatasan lahan akibat semakin sempitnya ruang tidak bisa langsung diambil benang merah dengan timbulnya tren ini. Selera dan kebutuhan untuk mendapatkan kemudahan menjadi pendorong utamanya.

Pengerjaan rumah jenis ini tidak lantas dilakukan secara minimal, tetapi dibutuhkan ketelitian dan ketekunan tinggi. Pasalnya, sedikit saja terjadi kesalahan pembuatan pada salah satu bagian rumah akan langsung terlihat karena tidak ada bagian lain yang bisa menutupinya. Hal inilah yang sering kali membuat biaya rumah menjadi mahal karena di Indonesia pembuatan masih dilakukan secara manual. Berbeda dengan di Eropa, semuanya sudah dilakukan dengan sistem pabrik. Presisi atau bentuk bahkan bisa dibuat dengan kualitas sama dalam jumlah banyak. Hal ini tentunya juga menekan harga pembuatan.

"Mahal atau tidaknya suatu bangunan bisa dilihat dari dua hal, dari segi pembangunan atau perawatannya. Bisa saja terjadi suatu rumah dibangun dengan dana murah, tapi perawatannya mahal. Bahkan bisa juga terjadi pembangunan dan perawatan sama murahnya. Hal itu juga terjadi pada rumah modern minimalis," kata Prasetyo.

Akibat Perang Dunia

Tema modern minimalis yang ada di Indonesia sebenarnya bukan murni pola serupa dari negara asalnya di Eropa. Di sana, tema ini sebenarnya mencuat dan banyak dibuat pada tahun 1930-an, seiring dengan kerugian besar akibat Perang Dunia I yang menghabiskan anggaran dan pembiayaan negara. Oleh karena itu, seiring kebutuhan pembangunan rumah dengan pembiayaan terbatas, dibuatlah bentuk yang ringkas dan cepat dibuat.

Sekarang, sesuai dengan perkembangan zaman, keterbatasan tampaknya tidak menjadi alasan utama rumah bertema modern minimalis dibangun. Kepuasan dan selera lebih banyak berperan. Di Indonesia, pergeseran pun terjadi pada bentuk fisik. Udara panas ala tropis membuat beberapa bagian rumah tampak menyesuaikan. Yang paling terasa ada pada bagian atap rumah yang berbentuk limas, seperti kebanyakan rumah di daerah tropis. Saat ini tema seperti itu banyak disebut sebagai modern minimalis yang menyesuaikan.

Prasetyo tidak menampik bahwa pemba-ngunan rumah modern minimalis banyak dilakukan di daerah hunian baru. Pasalnya, kebanyakan dari mereka merupakan golongan yang baru berkarier dan membutuhkan rumah dengan arsitektur sederhana untuk mendukungnya. Mereka ingin memaksimalkan bangunan agar tampak nyaman bagi kebutuhan mereka. Layaknya mereka yang baru membangun karier, rumah menjadi tempat yang diharapkan nyaman ketika pulang dari beraktivitas. Selain itu, rumah modern minimalis juga lebih mudah untuk diatur atau dibersihkan. Hal itu tentunya meringankan pekerjaan mereka.

"Peran media massa juga sangat besar memengaruhi pilihan mereka untuk memilih rumah modern minimalis. Ulasan dan gambar mengenai rumah modern minimalis menjadi tawaran bagi yang melihatnya untuk mendapatkan rumah sesuai kebutuhan seorang yang berjiwa muda dan baru membangun karier," ujar Prasetyo.

Direktur ERA Bandung Asep Ahmad Rosyidin mengamati, minat kepemilikan rumah tidak tergantung pada tipe atau model tertentu. Asal letaknya strategis dan tidak jauh dari pusat kota, meski bentuk rumah tetap sama sejak pertama kali dibangun, rumah itu tentu menjadi pilihan utama. Tempat yang menjadi pilihan adalah daerah yang berada di Bandung utara, seperti sekitar Dago, Jalan Riau, dan Jalan Setiabudi.

Akan tetapi, semakin banyaknya peminat ternyata membuat harga rumah semakin meninggi. Menurut Asep, harga rumah di Bandung utara diperkirakan merupakan yang termahal di antara wilayah lainnya di Bandung. Terlebih, rumah lama dengan arsitektur Eropa saat ini banyak dijadikan sebagai outlet. Harga satu rumah jenis itu bisa mencapai Rp 2 miliar hingga Rp 3 miliar.

"Peminatnya tetap banyak dengan golongan menengah ke atas, dengan didominasi 90 persen berusia 40 tahun ke atas, dan 80 persen di antaranya lebih digunakan sebagai rumah tinggal. Hal itu dipicu juga adanya idiom di antara mereka kalau belum beli rumah di daerah itu belum menjadi orang Bandung," kata Asep.

Bergeser ke timur-selatan

Berbeda dengan Prasetyo, menurut Asep, semakin meroketnya harga dan pertimbangan luas lahan yang tersedia justru membuat mereka bergeser membangun alternatif tempat tinggal baru di daerah Bandung timur cenderung ke arah selatan, yang dibangun menurut selera dan kebutuhan. Mulai dibangunnya beberapa pusat perbelanjaan dan keramaian membuat banyak orang mengalihkan minatnya mempunyai rumah di Bandung.

Selain itu, pengoperasian Tol Cileunyi-Purwakarta-Padalarang membuat semakin banyaknya orang membangun rumah di Bandung. Jarak 131 kilometer yang dapat ditempuh dalam waktu dua jam membuat banyak orang Jakarta mengalihkan tempat tinggal di Bandung dengan tetap beraktivitas di Jakarta.

Dengan pertimbangan kesibukan dan penyesuaian kebutuhan, tren rumah modern minimalis menjadi pilihan bagi keluarga baru dengan alasan kemudahan membangun, tetapi nyaman ditinggali.

Modern minimalis di sini, ujar Asep, bukan merupakan rumah yang diperuntukkan bagi keluarga kecil, tetapi lebih pada termanfaatkannya semua ruang yang ada dengan minimal empat kamar dan dua garasi. Rumah modern minimalis di Bandung selatan ternyata juga mempunyai harga yang lebih minimal ketimbang rumah tua atau rumah lain yang ber-ada di kawasan Bandung utara. Kisaran harga rumah per unit sekitar Rp 200 juta sampai Rp 1 miliar.

Berdasarkan pengamatannya, dari rumah modern minimalis yang terbangun, sebanyak 30 persen laku terjual kepada orang yang beraktivitas sejak awal di Bandung. Sementara 70 persen pembeli lainnya adalah orang Bandung yang semula tidak beraktivitas di Bandung.

Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872

Desain Rumah Minimalis Design Interior Eksterior Jasa Renovasi Bangunan Arsitektur Moderen Gambar 3D Animasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar