Sabtu, 22 September 2007

Bisnis Properti Masih Tetap Menjanjikan

Bisnis Properti Masih Tetap Menjanjikan


PELUANG bisnis paling terbuka di antaranya adalah, pertama, perumahan kelas menengah ke bawah dengan harga di bawah Rp 200 juta. Kedua, rumah- rumah sederhana dengan harga Rp 75 juta-Rp 100 juta serta rumah- rumah sehat sederhana dengan harga Rp 45 juta sampai Rp 74 juta.

Ketiga, apartemen kelas menengah dengan harga Rp 200 juta-Rp 300 juta per unit. Keempat, pusat perdagangan di kota-kota besar, seperti Surabaya, Medan, Bandung, Semarang, dan Makassar, atau town house (rumah bandar) yang belakangan ini mendapat sambutan pasar yang cukup gempita. Kelima, kawasan industri. Ini belum tergarap baik padahal kawasan industri selalu memberi peluang usaha amat besar mengingat mulai bergairahnya usaha industri nasional. Keenam, mal luks serta apartemen kelas atas di lokasi tertentu.

Tetap terbukanya peluang bisnis properti otomatis memberi peluang terbuka bagi bisnis-bisnis pendukung, seperti konsultan dan ritel properti, riset, pialang, dan agen- agen properti. Industri-industri yang di antaranya berfungsi menopang bisnis ini, seperti industri semen, tegel, cat, besi beton, paku, kayu, seng, tambang pasir, toko-toko material, bahkan perbankan dan firma hukum, akan mendapatkan ruang usaha lebih leluasa.

Properti memang bisnis yang luar biasa. Ia mempunyai cakupan usaha yang amat luas sehingga bergairahnya bisnis properti pada gilirannya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan terbukanya lapangan kerja. Properti juga menjadi indikator penting kesehatan ekonomi sebuah negara. Sebab, ia yang pertama memberi sinyal jatuh atau sedang bangunnya perekonomian sebuah negara.

MASIH terbukanya peluang usaha properti tampak jelas pada bidang usaha tertentu yang bagi banyak kalangan sudah amat jenuh, misalnya mal, pusat perdagangan, dan apartemen. Para konsultan di Jakarta bahkan menyebutkan bahwa pasar mal dan apartemen (untuk segmen tertentu) sudah sangat memuai sehingga pemain baru sebaiknya tidak masuk. Biarlah ruang- ruang yang sudah ditawarkan terpakai lebih dulu kemudian dibangun pusat perbelanjaan baru. Pandangan tersebut tidak keliru.

Akan tetapi, inilah dunia properti Indonesia, selalu terbuka celah untuk masuk. Para pemain properti masih bisa melihat peluang sehingga mampu tetap bertahan hidup.

Beberapa usahawan properti, misalnya, gigih menggelar acara khusus (dengan embel-embel hadiah) untuk melego ruang-ruang apartemen dan mal. Sebagian usahawan properti berani memberikan iming- iming hadiah bagi yang ingin membeli unit apartemen dan ruang di mal atau pusat perdagangan. Sebagian lagi membagi-bagikan brosur di perumahan-perumahan kelas menengah ke atas untuk menggaet konsumen.

Fenomena tersebut amat menarik. Di satu sisi bisa disebutkan bahwa pemain properti mulai jorjoran. Namun, di sisi lain, para pengusaha mampu mengetahui di mana ceruk pasar yang masih bisa digarap. Dalam enam tahun terakhir jarang atau bahkan hampir tak pernah terlihat pengusaha sampai menggelar acara jorjoran itu untuk menjaring pembeli. Kalaupun sampai melakukannya, tentu dengan posisi amat terpaksa.

Di luar aspek jorjoran tersebut, ada aspek lain yang bisa menjadi catatan, yakni "karakter" pasar properti Indonesia, terutama Jakarta, sangat unik. Mal/plaza maupun apartemen kelas atas memang terkesan sudah cukup banyak tersebar di beberapa kota, terutama di Jakarta dan sekitarnya. Pasokan ruangnya pun cukup besar. Tetapi untuk menyebutkan bahwa pasar high end dan pusat perbelanjaan luks sudah jenuh, tidak sepenuhnya benar. Cobalah simak bagaimana sambutan pasar ketika eX dibuka di sisi Plaza Indonesia tahun 2004. Sambutan pasar amat besar dan eX segera penuh diisi pedagang. eX juga selalu dipenuhi pengunjung sejak dibuka hingga ditutup.

Lihatlah pula tatkala The Peak dan The Pakubuwono di kawasan Sudirman dibangun. Begitu pula dengan Oakwood dan Bellagio di Mega Kuningan, atau Somerset Pakuwon Belian di Permata Hijau. Sambutan pasar ternyata amat besar. Jababeka dan Jan Darmadi meraih kinerja gemilang yang sama. Menawarkan apartemen, perkantoran, dan proyek properti lain selalu mendapat sambutan yang hangat dari pasar.

Konsep housing, yang ditawarkan Kota Deltamas, sekadar menyebut contoh lain, juga meraih kinerja yang baik. Kota Deltamas menawarkan konsep nuansa resor dunia, menjadi market leader di timur Jakarta. Deltamas yang melakukan riset pasar memilih membangun rumah-rumah dengan tema Amerika, Spanyol, Eropa, dan Malaysia.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi menyebutkan, ia setuju dengan sikap para pemain properti yang selalu optimistis terhadap kegairahan pasar. Tahun ini, sebut Sofjan, para investor asing akan mulai mengalir ke Indonesia. Di antara mereka tentu terdapat pemain-pemain properti. Sofjan yakin bisnis ini akan lebih berkilau dan kompetitif ketika investor asing mengalir masuk.

Namun, di luar aspek itu, persoalan lain yang menarik diketengahkan di sini ialah bukan sekadar optimistis, lalu pasar sudah jenuh atau tidak, tetapi fenomena atau komoditas apa yang ditawarkan ke pasar. Jika memang terdapat sesuatu yang baru dan menarik perhatian, pasti akan segera diserbu pembeli. Ini semata soal hukum pasar yang sederhana.

Para pelaku bisnis properti hendaknya menyadari pula bahwa konsumen atau para pedagang selalu mudah terpukau oleh sesuatu yang baru, yang menarik, dan yang memberi banyak inspirasi. Masalah ini sebetulnya cukup mendapat perhatian para pebisnis, tetapi pengaplikasiannya yang tidak konsisten.

Hal yang justru kerap terjadi ialah sejumlah pemain properti Indonesia sesekali tampak kurang tekun mengasah kreativitas. Begitu melihat apartemen A menuai sukses, pemain properti lain langsung ikut. Atau begitu melihat pengembang H berhasil dengan malnya, yang lain ikut membangun mal. Akhirnya yang lebih dominan muncul adalah sikap latah, yang notabene tidak memberi pengembangan alam kreativitas. Padahal, jika ingin lebih kreatif dan selalu menawarkan sesuatu yang dahsyat, pasar pasti menjadi milik pemain-pemain properti. Kesadaran pada kreativitas dan inovasi inilah yang kerap kurang terbangun.

ADA dua contoh tentang kreativitas dan inovasi yang bisa menjadi bahan refleksi.

Contoh pertama, para pemain properti di Australia sangat memanjakan konsumennya. Para pengembang apartemen, umpamanya, selalu menyimpan (uang) pembayaran uang muka pembeli apartemen ke bank. Bunga deposito itu menjadi hak pembeli. Hitungan-hitungan hak dan kewajiban konsumen dan pengembang sangat jelas, apalagi diketahui hukum di Australia sangat ketat.

Pengembang pun kerap melakukan riset pasar, riset bentuk arsitektur, dan riset interior. Hasilnya dikerjakan sebuah perusahaan properti papan atas di Australia yang membangun apartemen elite, dengan tingkat sofistikasi dahsyat. Bentuk luar apartemen itu memberi cermin minimalis, tetapi di dalam tergambar sinergi antarkarya arsitek, sipil, dan interior yang mengagumkan. Salah satu hasil sinergi itu adalah kolam renang yang dibangun di lantai tiga tetapi seluruhnya terbuat dari kaca tebal tembus pandang. Lalu, pengunjung atau penghuni apartemen yang berada di lobi dapat melihat orang-orang yang berenang di kolam itu. Kolam tersebut memang diletakkan di atas lobi apartemen.

Bangunan kolam renang ini tentu merupakan hasil karya teknologi dengan tingkat presisi tinggi. Tetapi yang lebih tinggi dari itu adalah daya kreativitas, daya nalar yang mencengangkan. Di Australia cukup banyak pengembang yang mampu melakukannya.

Kuatnya citra pengembang dan ketatnya penegakan hukum di Australia membuat pembeli apartemen di Australia tidak banyak bertanya tentang detail gedung apartemen atau pusat perkantoran. Warga Australia cukup memerhatikan siapa pengembangnya, arsitek, sipil, dan pendesain interiornya. Begitu mengetahui siapa pengembang, arsitek, dan sebagainya, mereka akan memilih atau membeli. Mereka merasa tidak perlu mengecek lebih jauh karena tahu benar bahwa kalau si A atau si B yang membangun, kualitasnya pasti terjamin.

Contoh kedua adalah jurus ampuh para pemain properti kelas satu di Uni Emirat Arab. Raksasa properti di Dubai, misalnya, membangun dua megaproyek yang diprediksi akan menjadi keajaiban dunia kedelapan dan kesembilan.

Salah satu keajaiban itu adalah pembangunan kota vertikal di Dubai. Gedung-gedung pencakar langit dengan nuansa amat modern dibangun di sana. Salah satu gedung yang tengah dibangun dan beberapa tahun lagi akan menjadi bahan kekaguman publik dunia adalah gedung pencakar langit setinggi 189 lantai. Jika proyek ini rampung, ia akan menjadi proyek properti paling bergengsi di dunia. Tidak ada lagi proyek properti, terutama gedung jangkung, yang mampu menandingi kedahsyatannya, bahkan mungkin sampai beberapa abad ke depan.

Bayangkan saja, gedung yang dinamai The Burj Dubai ini, saking tingginya, dapat dipandang sampai dalam radius 40 kilometer. Gedung-gedung pencakar langit di Taipei, Kuala Lumpur, Hongkong, New York, Chicago, Frankfurt, Singapura, dan Jakarta menjadi tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan gedung yang dirancang sebagai atap dunia ini. The Burj Dubai akan sekaligus menjadi simbol kegemilangan Islam.

Dua contoh ini kiranya bisa memberi inspirasi tentang inovasi, kreativitas, dan bahkan keberanian menghasilkan karya monumental.

Namun, para pemain properti Indonesia tak perlu kecil hati dengan kemajuan para pengembang di luar negeri. Perjalanan pemain-pemain properti Indonesia masih amat panjang. Meski demikian, yang penting diketahui sejak sekarang, inovasi dan kreativitas menghasilkan karya harus selalu menjadi pegangan.

Pengembang di negara-negara lain sudah amat kerap menghasilkan karya gemilang. Sudah saatnya para pemain properti Indonesia bangkit menghasilkan karya-karya monumental. Selama ini stigma yang banyak melekat pada para pemain properti Indonesia adalah sikap kreatif terbatas. Sebagian malah hanya "berdagang" dan meraih untung sebanyak-banyaknya, bukan berkarya dalam makna sesungguhnya. (ABUN SANDA)

Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872

Desain Rumah Minimalis Design Interior Eksterior Jasa Renovasi Bangunan Arsitektur Moderen Gambar 3D Animasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar