Kamis, 24 Mei 2007

Konsep Minimalis Jadi "Trendsetter"

Pada level tertentu, simbol kekayaan keluarga bisa dilihat dengan jelas dari benda-benda yang dipajang di ruang tamu. Mulai dari televisi hingga lemari pendingin bersesak-sesak memenuhi sebuah ruang tamu keluarga yang dianggap "berada".

GAYA minimalis mulai mewarnai rumah-rumah di Kota Bandung seperti milik Ade Rahmat di kawasan Jln. Aquarius Bandung. Rumah minimalis ini minim dengan berbagai ornamen dan juga perabot di dalamnya. Selain mengutamakan bentuk dasar dan fungsional, barang hanya mengisi sebagian kecil ruang-ruang dalam rumah sehingga terkesan lega.* M. GELORA SAPTA/"PR"

Di level ekonomi lebih atas, banyak rumah dihiasi tangga-tangga melingkar dengan jejeran guci besar dan barang keramik, membuat orang repot saat menitinya.

Sebagian orang kini mulai meninggalkan barang dan suasana yang ribet itu. Mereka lebih suka memilih gaya serbaminimalis, mulai dari rumah, furniture hingga taman. Sesuai namanya, rumah minimalis minim dengan berbagai ornamen.

Begitu juga perabot di dalamnya. Selain mengutamakan bentuk dasar dan fungsional, barang hanya mengisi sebagian kecil ruang-ruang dalam rumah. Kesan lega dan luas terasa sangat kental

Tak takut diberi label miskin karena minim barang? Di sinilah keunikannya. Penampilan serbaminim ini ternyata malah menjadi ciri khas orang berduit. Rumah, taman hingga barang serbaminim melambangkan sang pemilik datang dari kelas eksklusif.

Ini juga bukan sebuah langkah penghematan. Bangunan, taman dan pernak-pernik serbaminimalis ini bahkan bisa membuat pengeluaran menjadi maksimal.

Sebuah rumah bergaya minimalis yang berdiri di atas tanah 126 meter persegi bisa menghabiskan biaya hampir Rp 300 juta. Untuk jenis minimalis ini, hitungan biaya tak bisa dilakukan secara matematis.

Misalnya jika dibangun di atas tanah seluas 500 meter lebih atau tiga setengah kali lipatnya, maka harga tidak otomatis menjadi tiga kali lipat atau sekitar Rp 900 juta. Harga bisa melonjak menjadi lebih dari Rp 2 miliar!

Begitu juga biaya sebuah taman minimalis. Pada penghitungan pengerjaan taman konvensional, seorang tukang taman biasa menghitung luas atau sempitnya taman sebagai patokan upah kerjanya. Untuk konsep minimalis, patokan itu tak terpakai. Hitungan biaya yang dikeluarkan sangat tergantung dari material yang digunakan.

Konsep minimalis berarti material yang dipakai minimal juga jenisnya. Namun setiap unsur harus menonjol. Unsur-unsur yang harus menonjol itulah yang biasanya merupakan barang mahal. Untuk taman misalnya, agar tampak bersih dan berkilau maka digunakan koral jenis kristal.

Untuk bangunan, minimalis ditandai dengan garis-garis tegas. Arsitek yang juga dosen di Universitas Parahyangan Bandung, Arief Sabarudin, menjelaskan konsep minimalis.

"Minimalis berarti mengurangi hal-hal yang sifatnya ornamental, dengan tujuan menyederhanakan karakter bangunan. Bangunan kembali ke bentuk-bentuk dasar. Biasanya dilakukan dengan permainan karakter bahan, untuk membedakan bidang atau massa. Pada konsep minimalis yang dilakukan adalah permainan warna dan bahan," kata Arief.

**

Praktis, bersih , simpel dan tak usah repot bersih-bersih rumah. Itulah rata-rata alasan yang dikemukakan para penikmat gaya minimalis ini. "Mereka umumnya adalah pengusaha muda atau eksekutif muda yang sangat sibuk dengan pekerjaan mereka sehari-hari," kata Andie dari "X-otic Landscape & Aquascape", arsitek yang mulai mengkhususkan diri pada taman minimalis.

"Umumnya klien saya membuat gaya minimalis ini karena tak mau repot mengurusnya. Dengan kegiatan yang begitu banyak, mereka tak sempat memikirkan urusan tetek bengek mengurus rumah," ujar Andie.

Sebut saja Rudi Chandra (27). Untuk menyisihkan waktunya bagi acara wawancara, Rudi mengalami kesulitan. Konsultan bangunan ini sempat menunda beberapa kali karena kesibukan pekerjaannya.

Soal kenikmatan menghuni rumah yang serbaminimal ini sudah dirasakan oleh Rudi. Lelaki yang baru saja menikah ini sebelumnya memang sudah pernah menikmati nyamannya rumah minimalis. "Rumah orang tua saya juga bergaya minimalis. Model minimalis punya ciri khas, bersih dan simpel. Itu yang saya suka," kata Rudi.

Jadi ketika ia memutuskan akan menikah, yang berkelebat dalam benaknya adalah rumah dengan gaya minimalis. Dalam waktu sembilan bulan, ia ngebut membangun rumahnya yang terletak di kawasan elite Bandung utara.

"Blong, tidak bersekat-sekat, sehingga membuat sirkulasi udara lebih bagus." Alasan Ade Rahmat (42), karyawan yang bekerja di perusahaan penerbit surat kabar, memilih rumah bergaya minimalis.

Demi selera yang kebetulan sama dengan sang istri, Ade memutuskan "membabat" habis rumahnya di jalan Aquarius, Turangga Bandung. Selain rumah, Ade membuat rumahnya matching dengan taman bertema minimalis juga. Berada di kompleks yang dibangun pengembang dengan konsep lama, rumah minimalis Ade tampak menonjol. Sungguh sedap dipandang mata. Biarpun minimalis, fungsinya sangat maksimal. Di rumah Ade juga terdapat fasilitas air panas dalam bentuk whirlpool.

Ada pula Rincan (30), wiraswastawan. Sudah tiga tahun ini ia sibuk mengutak-atik rumah yang dibelinya dari pengembang di kompleks perumahan Taman Kopo Indah Bandung. Ketika ia beli, rumah tersebut masih bergaya Eropa. Lamanya waktu membangun bukan karena ia seorang perfectionist.

"Bukan apa-apa. Pembangunannya sangat tergantung pada dana. Kalau sudah tak ada uang, berhenti dulu, kalau sudah ada lagi ya diteruskan," kata Rincan sambil tertawa.

Ia tidak takut saat rumahnya sudah beres, tren minimalis sudah lenyap. "Gaya minimalis hampir sama dengan jenis klasik, bersifat abadi. Bukan hanya semusim," ujar Rincan.

Rincan membandingkannya dengan model rumah Spanyol yang pernah naik daun beberapa belas tahun ke belakang. "Trennya hanya sebentar,"katanya.

Membaca kebutuhan kalangan berduit ini, pengembang di Bandung pun jeli memanfaatkan peluang. Di Bandung setidaknya tiga buah kompleks perumahan dibangun dengan konsep minimalis yaitu Metro Regency Margahayu Raya, Kota Baru Parahyangan (sebagian) dan Town House Ciumbuleuit.

**

Bukan berarti orang dengan keuangan pas-pasan tak bisa menjadi penikmat tren minimalis ini. Cara bertahap yang digunakan oleh Rincan adalah siasat jitu bagi mereka untuk bernapas sejenak mengumpulkan biaya. Sedangkan Ade langsung terjun mencari material sendiri agar bisa medapatkan harga miring. "Dari Rp 300 juta rupiah perkiraan pemborong, saya berhasil menekan biaya jauh di bawah itu," kata Ade.

Begitu juga Rincan. Kendati menggunakan jasa arsitek, Rincan melakukan tawar-menawar dengan sang arsitek. "Saya juga memasukkan kehendak saya. Selain soal keinginan ini, juga menyangkut material yang saya inginkan," kata Rincan. Rincan yang enggan memerinci biaya pembangunan bertahapnya ini, memilih material kayu dengan warna cokelat dan batu alam sebagai bahan yang mendominasi rumah minimalisnya.

Menyiasati kocek konsumen yang terbatas, Andie juga menyebut rancangan dan pembuatan taman minimalis dapat disesuaikan dengan budget yang ada. "Dengan biaya minim, konsep minimalis pun bisa diwujudkan. Caranya dengan pemilihan material. Walaupun dengan cara ini, tetapi penampilan dan kualitas tetap maksimal," ujar Andie.(Uci Anwar)

Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/032007/24/1001.htm