Minggu, 16 September 2007

Rumah Tumbuh Tak Sembarang Tumbuh

Rumah Tumbuh Tak Sembarang Tumbuh
Merancang rumah tumbuh sebaiknya tak cuma dalam benak. Apa saja yang perlu diperhatikan?

Banyak orang berencana membuat rumah tumbuh. Yang terjadi, rumah semula kecil dalam bilangan tahun memang menjadi besar. Tapi, yang jadi adalah kamar-kamar bertambah tanpa perhitungan penempatannya, tanpa memperhatikan ventilasi dan pencahayaan yang cukup. Rumah memang bisa tumbuh bagaikan pohon. Itu kata arsitek Dipl Ing Eddy W Utoyo (52). Mula-mula kecil, bertambah lama bertambah besar.

Berbagai alasan mengapa orang memutuskan membangun rumah tumbuh. Pasangan Moerfi dan Rugaya, misalnya, dua tahun lalu memulainya dari sebuah kamar, ruang tamu yang merangkap ruang makan dan dapur di tanah seluas 200 meter persegi di kawasan Serpong. ''Daripada tunggu lama-lama harga bahan bangunan makin meningkat, ya bangun sekuatnya dulu,'' kata Moerfi (28), programmer di sebuah perusahaan di Jakarta Pusat itu.
Alasan ekonomi dan kebutuhan memang seringkali melandasi keputusan orang membangun rumah tumbuh. ''Misalnya, baru punya anak satu, belum membutuhkan ruang yang luas,'' kata Eddy.

Lewat perencanaan

Walau rumah bisa dianalogikan dengan pohon, Eddy mengingatkan perbedaan antara pohon dan rumah. Rumah tumbuh harus jelas bentuk akhirnya. ''Artinya, rencanakan dulu bentuk akhirnya sampai sempurna,'' kata sarjana arsitektur Technische Universitat Braunschweig, Jerman ini.

Tentu saja, soal rancangan ini harus disesuaikan dengan bayangan kemampuan kocek si pemilik rumah. Menurut pria kelahiran Wonosobo, Jawa Tengah, ini, merancang rumah tumbuh tak bisa dalam angan-angan. ''Harus disimpan dalam arsip supaya ada guidance (panduan--red.),'' kata dia. Dengan rancangan menyeluruh ini, pembangunan rumah lebih sistematis dan bersifat tambal-sulam. Setelah membuat perencanaan, menurut Eddy, tibalah saatnya untuk merumuskan langkah-langkahnya. ''Tentukan bagian mana dibangun lebih dulu,'' katanya.

Eddy mencontohkan, rumahnya yang dibangun di kawasan Ragunan, Jakarta, sekitar 25 tahun lalu selesai dalam waktu sepuluh tahun. Tahap awal pembangunan terdiri atas 1 ruang tidur utama, 2 ruang tidur, ruang keluarga, ruang tamu yang menyambung dengan ruang makan, serta dapur. Tahap pertama ini berlangsung tiga tahun untuk kemudian memulai tahap selanjutnya.
Tahap kedua, rumah yang dibangun di atas tanah sekitar seribu meter persegi itu tumbuh ke samping.

Dengan semakin besarnya anak-anak, ruang tamu-makan itu dijadikan ruang belajar anak yang cukup lapang. Dapur pun dialih fungsikan menjadi ruang tidur. Dapur baru dibangun di bangunan tambahan. Begitu pula ruang makan dan ruang duduk serta teras.

Setelah lima tahun dengan rumah diperluas ini, Eddy memulai tahap ketiga. Bangunan pada tahap kedua dimajukan ke depan dengan menambah kolam hias, ruang tamu, foyer, garasi, dan studio. Kendati bentuk jadi rumahnya sudah dirancang sejak ia akan membangun tahap pertama, Eddy tak khawatir bakal ketinggalan model. ''Saya kan arsitek,'' katanya,'' Saya tidak memilih model modern.''

Sebagai arsitek, Eddy tahu model apa saja yang akan lama bertahan. Ia memilih model rumah dengan bahan-bahan alami. Untuk itu, ia rela secara pelan-pelan selama dua tahun ia mengumpulkan batu-batu alam pilihan.

Kenali kondisi

Masalah seringkali timbul bila ingin menumbuhkan rumah yang sudah jadi. Bila mempunyai rumah di real estate atau tipe BTN, Eddy menyarankan untuk menanyakan pada arsiteknya tentang bangunan rumah. Apakah fondasi rumah mampu menopang penambahan lantai ke atas. Bila tidak tentu harus membuat perkuatan fondasi.

Rumah tumbuh memang ada yang bersifat horisontal dan ada yang vertikal. Bila halaman rumah terbatas, rumah bisa tumbuh ke atas.
Bila berencana membangun rumah tiga lantai, pada tahap pertama harus dengan fondasi untuk tiga lantai. Sebab, akan sulit bila tahap pertama menggunakan fondasi yang hanya mampu menopang satu lantai. ''Harus menggali lagi lubang-lubang untuk menahan lantai kedua dan ketiga,'' kata ketua Kehormatan Ikatan Arsitek Indonesia DKI Jakarta (2000-2003) ini.

Rumah tumbuh horisontal maupun vertikal, Eddy menyarankan agar menggunakan bantuan arsitek. ''Kalau sakit kita ke dokter, kalau ingin mendirikan rumah yang baik datanglah ke arsitek,'' kata arsitek yang pada tahun 1980-an merancang kediaman resmi Wakil Presiden RI Jl Diponegoro, Jakarta ini. poy
Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872

Tidak ada komentar:

Posting Komentar