Minggu, 16 September 2007

Rumah Maksimalis

Rumah Modern Maksimalis



Mewujudkan konsep rumah modern di atas lahan tak beraturan bukan hal mudah. Tapi, tetap ada trik arsitektur untuk menyiasatinya Modern itu tidak tekstual. ''Artinya, tidak peduli ada di daerah mana, modern itu bersifat global, jadi bisa diterima dimana saja,'' papar arsitek Ir Sarjono Sani. Ia memaparkan tentang sebuah konsep arsitektur rumah modern yang tak dibatasi oleh kondisi lingkungan. ''Jadi, rumah modern itu seharusnya fungsional dan setiap ruangan berkesan akrab,'' imbuhnya.

Berangkat dari konsep itulah, Sarjono bersama rekannya, Ir Suci, kemudian merancang sebuah rumah berkonsep modern maksimalis untuk pasangan profesional muda di kawasan Jakarta Selatan.

Maksimalisasi ruang
Mewujudkan konsep modern itu tentu bukan hal gampang. Pasalnya, lahan seluas 725 meter persegi yang nantinya akan dibangun itu memiliki bentuk yang tak beraturan. ''bagian depannya itu ngantong, agak melengkung,'' ujar Sarjono. Tentu saja, harus banyak dilakukan trik arsitektur untuk menyiasati lahan tersebut. Diantaranya, rancangan ruangan yang tidak sejajar dan upaya menarik bangunan ke depan.

''Kalau seluruh bangunan dirancang berbentuk kotak kan nanti masih ada tanah sisa. Nah, disini kita tidak mau ada ruang yang terbuang, jadi kita berusaha mengeksplor setiap ruang,'' jelas Sarjono. Agar terjadi interaksi antar ruang dengan lahan bertanah datar yang ada, ia menggunakan teknik split level. Proses pembangunan rumah seluas 500 meter persegi dengan tiga kamar tidur ini membutuhkan waktu selama 1,5 tahun. ''Sebenarnya, tampilannya itu dua lantai, tapi pas digambar ternyata bangunan ini punya namun lima elevansi,'' kata Sarjono.

Begitu memasuki rumah ini kita akan segera menginjak elevansi kedua, yaitu ruang keluarga. ''Keluarga ini kan nggak suka formal dan mereka suka kumpul-kumpul bersama teman, jadi memang tidak ada ruang tamu,'' jelas Sarjono. Karena sering menjadi tempat hang out bersama kolega, maka konsep ruangan yang akrab sangat ditekankan disini. ''Kami menterjemahkan sebuah ruang yang akrab itu dengan menampakkan secara visual dan transparan semua ruang yang ada di sekitar ruang keluarga,'' papar Sarjono.

Dari ruang keluarga, kita akan menemukan taman belakang berikut kolam renang, dan sebuah bangunan terpisah yang menjadi studio lukis. ''Karena istrinya suka melukis, maka dibuat pula ruangan melukis yang terpisah,'' ujar Sarjono. Di ruang keluarga itu juga tidak akan ditemukan satu pun pendingin ruangan. Karena ruang keluarga ini dimaksudkan untuk menyatu dengan halaman. Rancangan ini didasari pemikiran, bahwa untuk mewujudkan konsep kesatuan bangunan, maka ruangan dirancang serba terbuka.

''Di rumah ini kita ingin setiap massa itu ada irisannya, jadi masing-masing massa bisa masuk,'' jelas Sarjono. Hal ini bisa dilihat dari keberadaan tangga berwarna hijau muda yang menjadi pusat akses keluarga ke berbagai ruang. Kalau naik ke atas, kita akan menemukan ruang musik, sementara kalau turun ke bawah, akan ditemukan ruang dapur dan pantry. Sedangkan, di atas ruang musik terdapat ruang bermain anak dan ruang tidur utama.

Prinsip ruang yang tidak sejajar ditemui pada bentuk ruang pada rumah ini. ''Ada tiga massa di rumah ini, yaitu melengkung, elips, dan kotak,'' jelas Sarjono. Ruangan dengan massa melengkung dapat ditemui pada ruang dapur, ruang bermain anak, dan ruang tidur. Sedangkan, ruangan bermassa kotak dapat dilihat pada bentuk ruang keluarga, dan massa elips ditemui pada ruang musik dan kolam ikan bagian atas. ''Kolam ikan itu kita rancang menghadap kiblat. Jadi kalau siang, bayangannya saja sudah menunjukkan arah kiblat,'' sambung Sarjono.

Agar mendapat sinar matahari secukupnya, bangunan ini juga dirancang menghadap barat dengan orientasi bukaan ke arah timur. Ini dapat dilihat pada bentuk rancangan jendela yang kecil-kecil. ''Kami memang tak ingin ruangan itu jadi terlalu panas karena menghadap matahari,'' papar Sarono. Agar bangunan berkesan modern sekaligus alami, dilakukan seleksi pemilihan warna materi bangunan. ''Kebanyakan yang dipakai adalah warna kayu, abu-abu, dan putih,'' sebutnya.

Bagai labirin

Memasuki rumah ini ibarat memasuki sebuah labirin yang rumit. ''Ibaratnya, kalau kita mau turun lewat mana saja itu akan kelihatan,'' kata Sarjono. Rupanya, ini juga dirasakan oleh kontraktor yang membangun rumah ini. ''Alhasil, kontraktornya itu sulit menterjemahkan gambar yang kami desain. Dia bilang nggak tahu mana ruang dalam dan yang ruang luar,'' sambungnya. Karenanya, Sarjono dan Suci kerap harus mendampingi kontraktor tersebut saat menyelesaikan pembangunan rumah ini. ''Kalau biasanya seminggu itu cuma perlu sekali, ini bisa sampai 2-3 kali,'' kenang Sarjono. Namun, tidak demikian halnya dengan pemilik rumah. ''Sang owner-nya malah puas. Mereka malah merasa, rumah itu sangat sesuai dengan jiwa mereka,'' tandas Sarjono.
( mg06 )








Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872

Tidak ada komentar:

Posting Komentar