Sabtu, 22 September 2007

Pengembang Melirik Daerah Tepi Kota

Pengembang Melirik Daerah Tepi Kota

Oleh Mohammad Hilmi Faiq

Kondisi pusat Kota Bandung semakin hari semakin padat. Bandung geus heurin ku tangtung. Demikian istilah para orang tua dulu. Untuk itu, pembangunan properti lebih mengarah ke tepi kota, yang dinilai masih longgar, terutama di Bandung timur.

Sementara kawasan Bandung utara yang juga banyak diminati pengembang dan konsumen sulit dijangkau karena terganjal peraturan daerah yang membatasi pembangunan di daerah resapan air ini. Meski demikian, pengembang menilai peraturan itu belum jelas dan membingungkan.

Luas Kota Bandung saat ini mencapai 16.729 hektar dengan jumlah penduduk 2.619.243 jiwa. Ketua Ketua Asosiasi Marketer Developer Bandung (AMDB) Yuyun Yudhiana mengamati, pusat Kota Bandung sudah begitu padat, baik oleh penduduk maupun properti. "Sekarang larinya ke selatan, barat, dan timur, daerah tepi kota," kata Yuyun di Bandung, Rabu (16/8).

Akan tetapi, wilayah selatan Kota Bandung yang berbatasan dengan Kabupaten Bandung mulai mengalami kejenuhan karena padatnya perumahan. Wilayah yang masih menarik adalah arah barat Bandung, seperti Kota Cimahi dan Padalarang, Kabupaten Bandung.

Untuk Kota Cimahi, sudah jarang dibangun rumah sederhana (RS) atau rumah sangat sederhana (RSS), diganti rumah mewah untuk kelas menengah ke atas. Sementara RS dan RSS bergeser ke Cimareme.

Para pengembang membidik kelas ekonomi menengah ke atas untuk perumahan yang letaknya dekat dengan pusat aktivitas kota, misalnya Perumahan Permata Cihanjuang dan Citeureup Indah. Banyaknya perumahan megah di daerah ini mengakibatkan harga tanah melonjak. Tanah yang tiga tahun lalu hanya seharga Rp 200.000 per meter persegi kini melonjak hingga Rp 800.000-Rp 1 juta per meter persegi. "Ini juga yang memicu pengembang untuk menjual rumah dengan harga mahal," kata Yuyun.

Selain daerah sebelah barat Kota Bandung, Yuyun mengungkapkan, investor dan pengembang mulai melirik daerah Kabupaten Bandung bagian barat yang akan memisahkan diri menjadi pemerintahan tersendiri. Namun, mereka masih menunggu kepastian hukum dari pemerintah.

Saat ini Kabupaten Bandung terdiri dari 45 kecamatan. Sebanyak 15 di antaranya dikabarkan akan memisahkan diri menjadi Bandung Barat, yakni Kecamatan Lembang, Parongpong, Cisarua, Ngamprah, Cipeundeuy, Cikalong Wetan, Cipatat, Padalarang, Batujajar, Cihampelas, Cililin, Sindangkerta, Gununghalu, Cipongkor, dan Rongga.

Bandung timur

Di samping itu, daerah Bandung timur juga tidak kalah menarik bagi pengembang. "Di sana terdapat pusat pendidikan dan beberapa perusahaan. Ini potensial untuk rumah para karyawan," kata Yuyun. Bahkan, lembaga yang dipimpin Yuyun sudah menjalin kerja sama dengan PT Jamsostek untuk membantu kepemilikan rumah bagi warga yang berpenghasilan rendah.

Selain daerah Jatinangor, Kabupaten Sumedang; wilayah Bandung timur yang terpusat di Gedebage juga banyak diincar pengembang. Bahkan beberapa perumahan mulai dibangun di sana. Kondisi ini dipicu oleh rencana Pemerintah Kota Bandung yang akan membangun Bandung timur sebagai pusat primer kedua yang berpusat di Gedebage. Kawasan ini dikembangkan untuk mengurangi beban aktivitas dan lalu lintas Kota Bandung dan Bandung bagian barat.

Selain itu, kawasan Gedebage diharapkan menjadi magnet investasi dan penggerak pengembangan di Bandung timur. Gedebage akan dikembangkan secara terpadu dengan dilengkapi berbagai fasilitas bisnis, sosial, rekreasi, dan olahraga.

Untuk merealisasikan rencana tersebut, Pemerintah Kota Bandung telah mengambil beberapa langkah strategis. Langkah-langkah tersebut antara lain menerbitkan izin lokasi untuk pembangunan terminal terpadu, sarana olahraga, dan fasilitas pendukung lainnya seluas 125 hektar, selain menerbitkan izin lokasi perumahan seluas 343,7 hektar. Bahkan, Pemkot Bandung juga berupaya menormalisasi Sungai Cisaranten dan merangcang visi pengembangan yang terangkum dalam rencana induk (master plan) Gedebage.

Akan tetapi, isu pengembangan Gedebage ini kaburu diketahui publik sebelum perangkat hukumnya jelas. Akibatnya, banyak spekulan yang lebih dulu menguasai tanah sehingga harganya melonjak. "Ini menjadi kendala bagi investor. Kami juga masih melihat kepastian dari pemerintah, khawatir peruntukanya kurang pas," kata Yuyun.

Akses tol

Sementara itu, Ketua Real Estat Indonsia (REI) Jawa Barat Hari Raharta Sudradjat mengatakan, pembangunan properti di Bandung timur juga terhambat oleh tidak adanya akses jalan tol yang langsung ke Gedebage. Hari meyakini bahwa pemerintah pusat akan menyetujui dibangunnya jalan tol ke Gedebage asal Pemerintah Kota Bandung mampu meyakinkan pemerintah pusat.

"Kami sendiri diminta Pak Wali Kota agar mengajak teman-teman REI berinvestasi di sana. Teman-teman juga mudah diarahkan di sana karena di mana-mana lahan sudah habis," katanya.

Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872

Desain Rumah Minimalis Design Interior Eksterior Jasa Renovasi Bangunan Arsitektur Moderen Gambar 3D Animasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar