Senin, 17 September 2007

Hunian Berkelas Hotel

Hunian Berkelas Hotel

GAYA hidup masyarakat modern saat ini telah menetapkan standarnya melalui berbagai hal. Salah satunya pemilihan hunian atau tempat tinggal yang berdampak pada peningkatan citra diri.

Kaum urban, sebagai representasi dari modernitas, memikirkan banyak pertimbangan dalam memilih hunian. Tak melulu nyaman dan aman, juga strategis dan bernilai investasi tinggi. Berada di wilayah sentral kota, rumah pun jadi pilihan sulit. Ketika luas tanah tak memadai, kaum urban membutuhkan tempat tinggal yang nyaman sekaligus proper (sesuai) dengan gaya hidup kosmopolit mereka.

Tak salah bila kemudian muncul tren hunian ringkas di pusat kota seperti apartemen. Arief Budiman, public relation perusahaan elektronik di kawasan Thamrin Jakarta, misalnya, mengaku membutuhkan tempat tinggal yang memudahkannya bergerak dalam aktivitas. Dia memilih membeli apartemen di kawasan Jakarta Barat sebagai tempat tinggal.

”Mau ke mana-mana gampang,” kata Arief. Hal senada diungkapkan pula oleh Andi, yang tinggal di Apartemen Rasuna, kawasan segitiga emas (CBD) Kuningan, Jakarta Selatan, sejak 2005 lalu.

”Demi keluarga dan mobilitas pekerjaan, saya akhirnya memilih apartemen,” kata pengacara ternama yang membeli apartemen empat kamar seharga Rp700 juta ini.

Selain akses yang mudah, tinggal di apartemen membuat Andi tak perlu memikirkan hal-hal lain. Segala urusan air, listrik, maupun fasilitas pendukung lainnya sudah tersedia. Bagi sebagian warga kota besar, apartemen merupakan pilihan terbaik. Namun, dinilai belum representatif.

Sebagian kalangan elite Jakarta memilih model apartemen supermewah dengan prestise hunian tertinggi di pusat kota melalui penthouse. Da Vinci Penthouse (DVP) misalnya, menawarkan total 28 unit penthouse eksklusif yang dibanderol dengan harga masing-masing USD1 juta (sekira Rp9,3 miliar).

Harga tersebut dalam kondisi ruangan 85 persen kosong. Tapi toh, dengan harga selangit itu, okupansi DVP terbilang tinggi. ”Sejak diluncurkan Juli 2006, sudah ada 20-an unit yang terjual. Itu sekira 85 persen dari total unit yang tersedia. Kebanyakan penghuni kami datang dari kalangan atas dengan kisaran usia 45-50 tahunan,” ucap General Manager PT Davincido Nusantara Erwin H Hawawinata. Apa sebenarnya yang membuat penthouse diminati?

Selain tawaran eksklusivitas, berbagai fasilitas kelas satu ditawarkan Da Vinci bagi para penghuninya. Luas setiap unit terbagi dua, yakni 453 meter persegi dan 416 meter persegi. Ruangannya terdiri atas dapur, ruang makan, ruang keluarga, empat kamar tidur, dan dua ruangan untuk pembantu serta sopir. Konsep desain eksterior dan interiornya pun serba elegan.

Dengan jumlah terbatas, maka penghuni dijamin lebih leluasa menikmati berbagai fasilitas yang tersedia. Mulai kolam renang, sauna, perpustakaan, ruang fitnes pribadi, hingga lapangan tenis. Soal keamanan pun sangat terjamin, dengan pengawalan lebih dari 60 satpam. Harga superpremium tak lagi menjadi pertimbangan utama para pemilik DVP.

Namun, bagaimana hunian tersebut bisa menjelaskan status mereka dalam kehidupan. Masalah status ini memang terkait dengan globalisasi budaya dan faktor kepentingan. ”Ada ungkapan menarik dalam menggambarkan hunian modern. Sky is the limit. Bagi kaum jetset, semakin tinggi hunian berada, semakin tinggi pula kebanggaan mereka dalam kehidupan,” ujar pengamat properti Panangian Simanungkalit.

Menurut dia, penthouse merupakan salah satu ciri tempat tinggal yang menunjukkan keberadaan seseorang. Selain mencari tempat tinggal, penthouse mampu mewujudkan kebanggaan kalangan elite ini dalam hunian pilihannya. Kemewahan sebuah penthouse tidak hanya ditawarkan oleh hunian serupa apartemen. Hotel Mulia Senayan Jakarta juga memiliki hunian papan atas ini yang berjuluk presidential suite. Letaknya ada di puncak hotel (lantai 40).

Ruangannya terbagi dalam beberapa bagian. Antara lain kamar tidur, ruang tamu, ruang makan, mini gym, dapur, hingga ruang kerja. Luas totalnya sekira 595 meter persegi. Fasilitasnya pun serbawah. Antara lain shower capsule, tamu bisa mandi sambil mendengarkan musik. Lainnya itu ada bathub, jacuzzi, sauna, steam, hingga walking closet.

”Untuk menyewa presidential suite Hotel Mulia, kami menawarkan harga USD3.600++ (sekira Rp33 juta),” ujar Director of Communications Hotel Mulia Senayan Romy Herlambang. Mereka yang menyewa tempat tersebut selain selebriti, juga figur politik dunia. Mulai dari Presiden China Hu Jintao, Perdana Menteri Malaysia Ahmad Badawi, hingga penyanyi pop Mariah Carey.

Tak jauh berbeda dengan Mulia, The Four Seasons Hotel Jakarta juga menawarkan sebuah penthouse yang juga disebut presidential suite. Hotel berbintang lima ini menempatkan penthouse-nya di lantai enam. Dengan area seluas 550 meter persegi, Four Seasons juga menawarkan kemewahan.

”Selain untuk menginap juga bisa digunakan untuk membuat acara privat. Tidak sedikit acara pernikahan dilakukan di tempat ini,”ucap Public Relations Cordinator The Four Seasons Hotel Waristi Amila. Per malamnya, Four Seasons menawarkan satu lantai dengan akses dua unit privat lift ini seharga USD5.000 (sekira Rp47 juta).

”Para pengusaha, eksekutif, dan kalangan high-end Jakarta dalam usia 30-50 tahun cenderung memilih tinggal di hunian ringkas seperti apartemen mewah. Selain masuknya gaya hidup Barat, sebagian besar aktivitas mereka memang cenderung terpusat dalam kota,” kata Panangian Simanungkalit.

Dia juga menjelaskan bahwa terjadi pergeseran dari budaya landed house (hunian biasa) menuju apartemen. ”Semakin tingginya harga tanah di wilayah perkotaan, membuat daerah pinggiran Jakarta menjadi pilihan untuk membangun rumah. Sementara untuk mengimbangi fokus pekerjaan di Ibu Kota, maka butuh apartemen sebagai ruang tinggal untuk meningkatkan efektivitas kerja,” ujarnya. (agung Kurniawan/juni Triyanto/sindo/mbs)

Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872

Tidak ada komentar:

Posting Komentar