Rabu, 19 September 2007

Selalu Kangen ke Rumah

Selalu Kangen Rumah

Tiap ruang memiliki tema tersendiri dan ditata sesuai dengan keinginan bersama.

Di balik kesibukannya sebagai konsultan seks dan ginekolog, dr Boyke Dian Nugraha SpOG MARS memperlihatkan talentanya yang lain. Bukan tarik suara seperti yang belakangan sering dilakukannya di acara televisi. Tetapi, kejeliannya dalam menata rumah.

Pindah rumah bukan urusan yang gampang buat Boyke. Ayah dari Dhima Pramitha Octacynara, Dhilla Puspitha Novapalloma, dan Dhitya Prasetya Dian Nugraha ini mendambakan rumah yang bisa dipertahankan hingga hari tua nanti. Ia pun mengincar lahan seluas 275 m2 di Jl Kudus, Menteng, Jakarta Pusat.

Mendapatkan lahan saja ternyata belum memenuhi cita-cita Boyke. Ia dihadapkan pada kenyataan yang cukup pelik. Bentuk lahan yang tersedia tidak begitu mudah untuk didesain menjadi hunian yang ia idamkan. ''Bentuknya seperti kantong. Dari depan, lebarnya hanya enam meter dan di belakang 20 meter,'' jelas pendiri Klinik Pasutri di Jl Tebet Timur Dalam Raya No 69, Jakarta Selatan ini.

Butuh lebih dari satu tahun untuk mewujudkan rumah impian itu. Desain arsitekturnya ia rancang sendiri. ''Saya ingin mengakomodasi seluruh keinginan istri dan anak,'' kata pemilik perusahaan rekaman, PT Dian Nugraha Bersaudara Record ini.

Sang istri, dr R Ferry Lasemawati SpRad, ingin memiliki ruang home theatre dan karaoke di rumah. Sedangkan Boyke punya sederet harapan. ''Saya mau di rumah ada mushala, gazebo, dan kolam ikan,'' ungkapnya. Awalnya, ide Boyke dianggap sepi oleh anggota keluarganya. Mereka tak yakin seluruh keinginan tersebut bisa terpenuhi. ''Kenyataannya, bisa,'' ujar pria kelahiran 14 Desember 1956 ini.

Untuk mendirikan istananya, Boyke melego tiga rumah kecilnya. Sebagai langkah penghematan, ia mencari sendiri segala keperluan pembangunan dan elemen interior desain rumahnya ke Mangga Besar, Ciputat, hingga Jl Surabaya. ''Kami baru pindah rumah tahun 2004 silam,'' papar Boyke yang baru saja merayakan ulang tahun pernikahan ke-21.

Bagi keluarga ini, rumah adalah pelabuhan terakhir. Mereka merasa, rumah yang bisa dicapai hanya dalam waktu lima menit berjalan kaki dari Bundaran Hotel Indonesia ini sangat hommy. ''Ketika pergi ke luar negeri sekalipun, kami selalu kangen rumah,'' ujarnya.

Tematik
Tiap ruang di rumah ini memiliki tema yang berbeda. Ada filosofi tersendiri yang melatarbelakanginya. ''Seluruhnya dibangun sesuai dengan keyakinan dan harapan kami,'' kata Boyke.

Sesuai ajaran Feng Shui dan logika umum, Boyke sengaja membangun rumahnya lebih tinggi ketimbang jalan umum. Ia percaya, level yang lebih tinggi itu akan membawa kehidupan yang terus membaik. ''Rumah yang tinggi juga menghindari kami dari banjir dan debu serta memperluas pandangan ke jalan umum.''

Masuk ke ruang tamu, pengunjung disambut dengan kehangatan warna merah. Boyke berpendapat, kondisi ruang tamu sebuah rumah menggambarkan karakter penghuninya: dingin atau hangatkah kepribadiannya. Ruang tamu berukuran 5 x 3 meter ini ditata dengan nuansa Cina. ''Warna merah memberikan kehangatan sekaligus keberuntungan,'' tutur Boyke.

Di dalam ruang tamu terdapat sofa panjang warna merah yang bersandar pada cermin lebar. Pemasangan cermin ini ditujukan untuk mensiasati sempitnya lahan. Di atas cermin tersusun tiga buah mangkuk Cina zaman Dinasti Ming. Untuk memberikan kesan lebih mewah, Boyke menyusun sejumlah pajangan kristal.

Beranjak ke dalam rumah, di sebelah ruang tamu -- tepat sebelum tangga menuju lantai dua -- terdapat mushala. Di situ, Boyke biasa shalat, mengaji, dan melakukan kontemplasi. ''Tamupun dapat shalat dengan khidmat di sini.'' Nuansa semi modern ada di ruang keluarga. Warna hijau yang mendominasi desain interior melambangkan ketentraman. ''Ruang bersantai untuk publik ini dihiasi dengan lukisan ikan koi sedang berkerumun yang merepresentasikan ruang tempat berkumpul.''

Dari ruang keluarga terdapat akses menuju gazebo yang diapit kolam ikan. Di seberangnya ada teras belakang bernuansa Jawa. ''Ini merupakan tempat favorit saya selain kamar tidur,'' komentar Boyke.

Untuk kenyamanan, Boyke memisahkan ruang servis dengan ruang publik. Ruang servis terletak di sepanjang sisi kiri rumah. Termasuk di dalamnya adalah garasi, dapur, tempat cuci dan jemur, kamar pembantu, dan kamar sopir.

Beranjak ke lantai dua, di sinilah ruang privat keluarga ini berada. Ada ruang home theatre, tiga kamar anak, dan kamar utama. Di sini pula terdapat ruang keluarga yang berhiaskan lukisan pasar bunga dan keluarga ayam. Ruang ini merupakan tempat anggota keluarga dokter yang hobi naik gunung ini biasa bercengkerama. ''Begitu nyamannya hingga tahun barupun kami enggan keluar rumah,'' kata ginekolog yang pernah bertugas di Lampung Selatan dan Sulawesi Selatan ini.

Kenyamanan itu diciptakan Boyke dengan membiarkan ketiga buah hatinya mendekorasi sendiri kamar tidur mereka. Cat dan set tempat tidur warna pink, ungu, dan biru dipilih oleh masing-masing anak. ''Dari dulu saya memang suka warna unggu,'' ungkap Dhilla yang sedang asyik belajar matematika.

Untuk desain interior peraduannya, Boyke berdiskusi dengan sang istri. Untuk kenambah ketentraman, mereka memasang lukisan pemandangan. ''Di balkon, ada kamboja taiwan yang berkembang sepanjang tahun.''

Ingin huniannya tampak asri, Boyke tak mau menyia-nyiakan secuil lahanpun. Area carport yang sempit dipercantik dengan menanam rumput dan pohon pendek di tengah lintasan roda mobil. Begitu pula di sekitar gazebo, rimbun dengan beragam pohon buah.

Setelah dua tahun menghuni rumah ini, Boyke merasa dream home sudah dimilikinya. Tuntutan kenyamanan dan fungsional sudah terpenuhi di hunian yang tampak depannya berbalur warna peach ini. ''Segi kesehatan juga telah memadai dengan pemasangan jendela yang amat lebar untuk sirkulasi udara dan paparan cahaya matahari,'' tandasnya. Home sweet home, dokter!
(rei )


Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872

Desain Rumah Minimalis Design Interior Eksterior Jasa Renovasi Bangunan Arsitektur Moderen Gambar 3D Animasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar