Jumat, 14 September 2007

Tren Sewa Rumah Mewah

Kami Pesta di Rumah Anda

Tren bisnis persewaan rumah untuk pesta
Menyewakan rumah tinggal tengah menjadi tren beberapa tahun belakangan. Dibanding dengan investasinya, hasilnya memang tak seberapa. Tapi lumayan juga, paling tidak bisa menutup ongkos perawatan rumah.


Punya rumah mansion yang megah, ruangan besar-besar, berhalaman luas, tentulah dambaan banyak orang. Kalau saja dambaan terwujud, terserah si pemilik mau diapakan rumah besar itu. Mau ditempati sendiri hingga sampai ke anak cucu, silakan. Mau dikontrakkan buat para pejabat atau ekspatriat, juga silakan.

Pilihannya bukan cuma itu. Ada satu pilihan lagi yang terbilang ngetren beberapa tahun belakangan: menyewakan rumah untuk acara-acara tertentu. Sebutlah disewakan untuk menggelar acara pesta, mulai dari pesta perkawinan, syuting, peluncuran produk, fashion show, jamuan relasi, maupun untuk berwisata. Bahkan, bisa pula untuk berbulan madu.

Tentu tak sembarang rumah yang laku untuk disewakan. Yang pasti, karena tujuan sewa itu untuk pesta, tentu bukan rumah berhalaman sempit yang dicari. Rumah itu pun punya desain yang menarik dan khas.

Ada beberapa rumah sewa yang sudah punya nama di Jakarta ini. Tengok saja rumah Alexandra's di bilangan Kemang Selatan yang tampak anggun. Ada pula rumah Morphosa, rumah Kertanegara, dan Rumah Tanah Baru milik seniman keramik F. Widiyanto. Di Yogyakarta juga rumah sewa yang dikenal sebagai nDalem Joyokusuman.

Menurut Sri Wahyu R., Manajer Operasional Rumah Alexandra's, sebenarnya rumah yang dikelolanya itu termasuk baru di bisnis persewaan rumah ini. Pemilik rumah, Ratih Soe, dulunya adalah pera-gawati kondang. Papar Sri Wahyu, Ratih membeli rumah itu tahun 1996 seharga Rp 3 miliar. Namun, karena kemudian Ratih dan suaminya, Alex Kecil Kosasih, pindah ke Bali, rumah itu jadi kosong. "Rumah itu kan butuh perawatan. Maka, pada tahun 2003 rumah ini mulai disewakan," ujar Sri Wahyu.

Meski mahal, penyewanya sampai antre

Rumah Alexandra's yang berarsitektur gaya Art Deco, Kolonialis, dan etnik Jawa ini memang asri. Dengan luas tanah mencapai 3.000 m2, tentu si empunya rumah bisa melengkapinya dengan fasilitas apa saja. Termasuk taman yang luas dan kolam renang. Tak usah heran bila acara pernikahan dan ulang tahun yang butuh ruang longgar sering diadakan di rumah ini. "Rumah kami bisa menampung tamu sampai 300 orang," tutur Sri Wahyu.

Ongkos yang dipasang pun lumayan mahal, Rp 12 juta per empat jam. Namun untuk acara seperti rapat, biaya yang dikenakan berdasarkan jumlah orang yang hadir. "Per orang dikenai biaya Rp 175.000. Ongkos itu sudah termasuk makan," tambahnya pula. Namun harga sewa untuk pesta itu belum termasuk untuk katering dan dekorasi. Fasilitas lain, lokasi parkir yang mampu menampung 150 mobil. "Letaknya di sebelah rumah. Lahannya kami sewa," urai Sri Wahyu.

Bisnis menyewakan rumah ini sepertinya memang menyenangkan. Papar Sri Wahyu, Alexandra's sampai menolak penyewa. Sebulan dia hanya menyewakan sebanyak empat kali. Bahkan untuk Desember sampai Januari nanti sudah full book. Dengan ongkos sewa Rp 12 juta, Sri Wahyu bisa menangguk omzet sebulannya sebesar Rp 50 juta. Kalau dipotong biaya operasional Rp 10 juta, keuntungan Rp 40 juta bisa masuk kantong. Omzet ini relatif kecil dibandingkan dengan besarnya investasi yang miliaran rupiah itu. Namun lumayan daripada rumah tak terawat dengan baik.

Pemain lain yang sudah senior adalah Morphosa, yang berlokasi di Kemang Timur. Ongkos sewanya jauh lebih mahal dari rumah Alexandra's. Bayangkan saja, dalam semalam rumah seluas 8.000 m2 ini disewakan dengan tarif US$ 7.000 atau sekitar Rp 72 juta untuk pesta semalam suntuk. Ongkos itu belum termasuk biaya katering yang besarnya Rp 250.000 sampai Rp 350.000 per orang.

Adapun rumah Kartanegara, milik penyanyi Anna Manthovani, memasang tarif sewa yang berbeda untuk pesta dan pernikahan. Untuk pesta Rp 6,9 juta per tiga jam. Sedangkan buat pernikahan harga sewanya dua kali lipat untuk waktu yang sama. Oh, ya, harga yang dipasang itu belum termasuk ongkos katering.

Tempat promosi sekaligus tempat menginap

Lain halnya dengan rumah F. Widiyanto, seniman keramik, di Jalan Curug Agung, Depok. Sejak tahun 2000, beberapa rumah yang berdiri di atas lahan seluas hampir satu hektare ini disewakan. Namun, berbeda dengan Alexandra's, Morphosa atau Kartanegara, Rumah Tanah Baru milik Widiyanto itu disewakan mirip cottage. Menurut Sugeng, pengelola Rumah Tanah Baru, pihaknya memasang tarif Rp 1 juta semalam untuk Rumah Utama di Tanah Baru. Tarif sewa sebesar ini sudah lengkap dengan pantry, AC, dan kamar mandi.

Di samping Rumah Utama, ada Rumah Jineng Bali yang tarifnya Rp 350.000 per malam dengan kamar mandi tapi tanpa AC. Lantas, ada pula Jineng Kandang Kerbau dengan tarif Rp 750.000 per malam. Bila menginap di rumah-rumah itu, kita mendapat sarapan pagi yang menunya ditentukan pengelola. "Masing-masing pondokan tidak ada radio, TV, dan telepon. Kami memang sengaja mengajak para tamu untuk lebih akrab dengan alam," papar Sugeng.

Seperti halnya Alexandra's, Rumah Tanah Baru pun disewakan dengan alasan utama untuk membantu biaya perawatan. Selain itu, karena si empunya rumah adalah seniman keramik, rumah itu difungsikan juga sebagai tempat berpromosi produk keramik. Namun, jangan sekali-sekali menyewa Rumah Tanah Baru untuk kegiatan syuting atau religius. "Pasti kami tolak," kata Sugeng. Alasannya? "Karena masyarakat di sini mayoritas muslim. Sedangkan syuting bisa memakan waktu berhari-hari," imbuhnya pula.

Bila digolong-golongkan, Alexandra's, Morphosa, juga Kartanegara membidik kalangan kelas menengah ke atas. Rumah Tanah Baru justru punya segmen pasar sangat khusus. "Segmen kami adalah pecinta keramik," urai Sugeng.

Sayang, Sugeng enggan menyebutkan berapa omzet Rumah Tanah Baru dalam sebulan. "Belum besar. Kami masih dalam usaha pengembangan," tutur Sugeng. Yang jelas untuk biaya perawatan rumah dan membayar gaji 23 orang pegawai, sebulan keluar ongkos sampai Rp 30 juta.

Ya, lumayan mahal juga. Tapi yang penting rumah mewah itu kan tetap terawat.
+++++

Pesta ala Keraton di Joyokusuman

Di luar Jakarta, tepatnya di Yogyakarta, bisnis menyewakan rumah sudah berlangsung lama. Marilah melongok di dalam lingkungan keraton Kesultanan Yogya, tepatnya di Jalan Rotowijayan. Rumah milik Gusti Bendoro Pangeran Haryo Joyokusumo -- makanya dikenal dengan nama nDalem Joyokusuman -- ini memang sengaja disewakan oleh empunya rumah.

Menurut Suryono Risdianto, Sekretaris nDalem Joyokusuman, rumah berhalaman seluas 2.000 m2 itu sejak 15 tahun silam sudah jadi langganan pesta pernikahan. Sering pula disewa untuk rapat. Selain itu juga tersedia rumah makan. Yang jelas, "Rumah ini memang berkonsep tradisional," ujar Suryono. Karena itu, jangan heran kalau fasilitas yang disediakan pun masih berbau tradisi. Misalnya, fasilitas pertunjukan sendratari. Ada pula atraksi demo membatik. Bahkan, ada fasilitas menu ala Sultan yang bisa dipesan di nDalem Joyokusuman.

Dalam sebulan Suryono menargetkan pendapatan Joyokusuman bisa mencapai Rp 17 juta. "Target itu kami tentukan sebelum harga LPG naik. Sekarang tentu harus ada perhitungan baru," tukas Suryono. Patokannya, sewa per orang sebesar US$ 20 atau Rp 180.000, termasuk biaya katering.
www.kontan-online.com
Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872

Tidak ada komentar:

Posting Komentar