Rabu, 12 September 2007

Desain Arsitektur yang Bersahabat dengan Alam

Desain Arsitektur yang Bersahabat dengan Alam

Desain arsitektur bersahabat dengan alam menjadi jawaban atas keberlangsungan ekosistem planet bumi. Hunian mungil pun dapat memberikan sumbangsihnya.

Merancang desain bangunan atau ruang yang dapat mengakomodasi keseluruhan aspek alam lingkungan sekitar memang tidak mudah dan agak merepotkan. Namun, bukan berarti tidak bisa dilakukan.

Ir A Sadili Somaatmadja MSi, pengamat arsitektur mengatakan, untuk mewujudkan desain yang ramah lingkungan ini, minimal ada tiga aspek yang harus diperhatikan. Aspek pencahayaan dan angin atau ventilasi udara, menghindari penggunaan material yang merusak lingkungan, dan aspek yang tak kalah pentingnya, yakni meminimalkan penggunaan energi.

Sebagai contoh kasus, misalnya, untuk menghadirkan udara yang enak dan sejuk menggunakan air conditioner (AC) memang akan membuat ruangan menjadi nyaman. Namun, sayangnya, langkah ini tidak sejalan dengan langkah hemat energi.

Atau, ketika kita menggunakan banyak kaca untuk mendapatkan cahaya yang masuk ke ruangan––dengan maksud mengurangi penggunaan energi listrik- lampu. Namun, kenyataan malah menimbulkan efek negatif rumah kaca yang dapat mengikis lapisan ozon atmosfer.

home_alam2.jpg”Di sinilah dibutuhkan sebuah inovasi dalam desain arsitektur bangunan. Desain arsitektur di masa depan lebih mengarah kepada desain bangunan yang bersahabat dengan alam,” ujar dosen di Departemen Arsitektur Fakultas Teknik UI Sadili, di sela-sela seminar berjudul ”Architecture in the Future, the Role of Sustainability and the Response to Global Warming”, yang digelar di Fakultas Teknik Universitas Indonesia, baru-baru ini.

Cakupan pertimbangan yang dilakukan meliputi pemilihan material yang akan digunakan untuk merancang sebuah bangunan. Selain itu, juga berkaitan dengan desain bangunan itu sendiri.

Mengenai pilihan material, Sadili menyarankan agar lebih cermat dalam memilih bahan bangunan yang akan digunakan. Dengan begitu, bangunan yang dihasilkan mampu mencapai tingkat efisiensi.

Contohnya untuk membuat lantai garasi atau jalan kecil menuju ke rumah sebaiknya menggunakan material paving block. Hindari melakukan pelur semen. Penggunaan paving block ini bermanfaat karena punya kelebihan mampu menyerap air sehingga tanah masih dapat menyerap air.

”Untuk pemilihan kaca rumah, bisa menggunakan kaca yang sudah berteknologi glass block. Dengan begitu, cahaya matahari dapat masuk normal, tetapi dapat mereduksi panas agar tidak masuk ke dalam ruangan,” ujarnya.

Sementara itu, Arsitek Kemas Ridwan Kurniawan PhD MSc mengatakan, merancang desain bangunan bersahabat dengan alam bisa mengambil contoh dari rumah-rumah tradisional di Tanah Air. Sebab, rumah- rumah tersebut dibuat mengacu pada harmonisasi alam lingkungan sekitarnya.

home_alam3.jpgKendati begitu, lanjut dia, tetap diperlukan adanya pengembangan lanjutan agar tercipta sesuatu yang baru.Merancang sebuah desain arsitektur yang bersahabat dengan alam di masa mendatang membutuhkan kreativitas dan inovasi. Dua faktor tadi menjadi kata kunci yang harus dipegang.

”Bagaimana caranya agar konsep arsitektur tradisional itu dapat diaplikasikan ke bangunan modern dengan memenuhi prinsip-prinsip bersahabat dengan lingkungan,” paparnya.

Di dalamnya tercakup aspek pemakaianenergiyanghematdan pemakaian material yang alami dan bukan bahan kimia. Dari sisi penghematan energi, misalnya, dengan cara menerapkan prinsip-prinsip ventilasi silang dan memperbanyak shading (bayangan).

Kondisi iklim tropis seperti Indonesia membutuhkan banyak bayangan. Bayangan ini dibutuhkan untuk menghindari sorotan sinar matahari langsung. Jadi, panas sinar matahari tidak masuk ke rumah.

Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872

Tidak ada komentar:

Posting Komentar