Selasa, 14 Agustus 2007

Ruang Keluarga Padukan Gaya Etnik dan Modern-Minimalis

RUANG keluarga dalam sebuah rumah merupakan salah satu ruangan yang sangat vital. Dekorasi dan asesori sebuah ruangan keluarga mencerminkan hangat tidaknya keluarga yang menghuni rumah itu.

SAAT ini banyak orang Indonesia yang meniru konsep ruang keluarga rumah gaya Eropa. Ini tampak pada ciri-ciri dekorasi dan asesori yang ada dalam ruangan tersebut. Seorang arsitek lulusan Jerman, Chris Santoso Dipl Ing, melihat beberapa ciri yang ada, misalnya, pada lukisan yang abstrak, juga patung yang abstrak. Ruangannya pun cenderung sederhana, tidak menggunakan lis, tapi tetap menarik.

"Pohon hidup yang ditaruh di dalam ruangan, krei yang terbuat dari bambu, meja yang terbuat dari batu kali yang diberi aksen warna tanah, juga hiasan-hiasan dalam ruangan yang menggunakan batu alam serta pot bunga dari batu koral, mengesankan ruang keluarga ini menekankan gaya etnik. Ruang keluarga seperti ini umumnya disukai orang-orang Eropa, dan gaya ini rupanya diadopsi oleh masyarakat Indonesia," kata Chris, lulusan Arsitek RWTH (Rheinisch Westfalische Technische Hochshule), Aachen, Jerman di Jakarta, Selasa (15/4).

Gaya etnik memang tampak pada ruang keluarga ini, misalnya, pada lukisan bernuansa Mesir. Juga batu-batuan yang dipakai sebagai hiasan. Seperti dekorasi dinding yang mengambil lempengan batu alam yang dicat dengan warna merah marun sehingga kontras dengan warna keseluruhan ruangan yang menekankan warna tanah, warna natural.

Nuansa etnik ini dipadukan dengan gaya modern-minimalis yang terlihat pada furniturnya. Kursi yang ramping dipadukan dengan sofa modern yang menggunakan beludru yang hangat.

"Lemari yang digunakan adalah lemari yang ditanam di tembok, atau istilahnya lemari built-in. Lemari seperti ini menghemat tempat," kata Chris. Ihwal lemari, arsitek Ir Jo Eddy melihat, unsur lemari yang simpel ini merupakan ciri tropik. Lebar lemari sama dengan lebar ruang keluarga, dan tinggi lemari itu pun setinggi plafon ruangan sehingga membuat lemari built-in itu menyatu dengan ruangan. Meniru gaya Eropa tentu sah-sah saja, akan tetapi ruang keluarga dalam rumah-rumah di Indonesia tentunya tetap harus memperhatikan faktor iklim yang ada karena iklim di Eropa empat musim, sedangkan di Indonesia dua musim. "Iklim sangat mempengaruhi penggunaan energi seperti air conditioning (AC)," kata arsitek lainnya, H Dhony Rahajoe.

Ruang keluarga yang baik tentunya harus memperhatikan bagaimana udara bisa melalui ruangan dengan baik. Ventilasi hendaknya tidak tertutup elemen interior. Kursi atau sofa sebaiknya tidak langsung terkena sinar matahari. Ada beberapa bahan sofa seperti tenun ikat yang jika kena sinar matahari menjadi mudah luntur. "Faktor-faktor kecil seperti ini tetap harus diperhatikan jika ingin menata ruang keluarga yang cocok dengan iklim negeri kita," katanya. Penataan lampu yang baik juga berpengaruh besar dan memiliki efek tertentu pada ruang keluarga.

Warna dalam ruang keluarga umumnya dipilih warna bumi, warna alami, seperti warna terakota (warna genteng), warna pasir, warna kayu natural, warna hijau daun, atau pun warna bebatuan. Warna ini mengesankan suasana alam yang natural. Apalagi dekorasi dan asesorinya yang bernuansa etnik, akan makin membuat suasana ruang keluarga itu natural.

Namun, gaya modern tetap tampak pada pemilihan kursi dan sofanya. Perpaduan gaya etnik dan gaya modern-minimalis ini agaknya digemari masyarakat yang menyadari pentingnya sebuah ruang bagi keluarga.

Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872

Tidak ada komentar:

Posting Komentar