Jumat, 24 Agustus 2007

Estetika yang Mengikuti Fungsi

Interior Ruang Ruangan

Estetika yang Mengikuti Fungsi

Kemajuan teknologi pada alat-alat audio-video mendorong orang untuk memilikinya. Keinginan untuk melihat kualitas gambar yang prima dan suara jernih, tanpa harus meninggalkan rumah, membuat orang ingin memiliki ruang audio-video sendiri. Kebutuhan tersebut bagi sebagian orang sama pentingnya dengan ruang tidur, ruang tamu, dan dapur pada setiap rumah.

Apalagi alat-alat audio-video relatif mudah didapatkan di pasaran, terutama di kota-kota besar. Harganya pun amat bervariasi, hingga orang bisa menyesuaikan diri dengan dana yang tersedia di kantong. Masalahnya, tak semua orang bisa mendesain interior ruang audio-video sedemikian rupa sehingga kemampuan alat audio-video yang dimilikinya bisa berfungsi optimal.

Di sini peran desainer interior yang memahami kemajuan teknologi dan pengoperasian alat-alat audio-video tersebut diperlukan. Meski klien atau pemilik rumah memahami perkembangan teknologi audio-video, tetapi tanpa peran desainer interior, bisa jadi ruang audio-video yang dibuat tak bisa berfungsi maksimal.

”Ada beberapa klien saya yang tahunya, ya, menonton gambar bagus, dengan suara jernih. Alatnya apa dan bagaimana mengoperasikannya, dia pasrah. Dia minta desainer interiorlah yang membuat semua alat audio-video itu menjadi mudah pengoperasiannya,” papar Johan Khosasih, desainer interior.

Oleh karena itulah, meski pengerjaan atau kontrak pembuatan ruang audio-video telah selesai, biasanya hubungan antara si pemilik dan desainer interiornya tetap berjalan. ”Kalau ada apa-apa, seperti suara yang dirasakan tak stereo atau gambar tak sepenuh layar, biasanya klien langsung menelepon kami, desainer interiornya,” cerita Johan.

Bagi desainer interior untuk ruang audio-video, pengetahuan akan fungsi, bentuk, dan desain alat-alat audio-video sangat membantu mewujudkan penataan ruangan. Menurut Andreas Laratsemi, desainer interior, alat-alat audio-video tersebut harus menjadi kesatuan dengan interior ruangan, apa pun tema dan gaya yang dipilih pemilik rumah.

”Bahkan, kalau perlu, justru equipments-nya yang diekspos karena desain dan bentuk equipments audio-video sekarang ini banyak yang bagus. Kalau interior ruang bergaya high-tech atau modern, desainer enggak perlu repot memikirkan bagaimana menyembunyikan komponen tersebut dalam ruangan,” tutur Andreas.

Peredam suara

Sekitar 90 persen dari tahap penyelesaian ruang audio-video, menurut Andreas, umumnya menggunakan bahan tekstil. Bahan ini dipilih karena memiliki tekstur, warna, dan corak yang beragam sehingga bisa disesuaikan dengan tema, gaya, dan selera interior ruangan.

Interior audio-video tak beda dengan ruang lain pada umumnya. Di sini ada unsur peletakan perabot, tema, gaya, kenyamanan, dan elemen estetik. Hanya saja, pada ruang audio-video ditambahkan penataan akustik hingga faktor kenyamanan terhadap mata dan telinga pun harus diperhitungkan.

Menurut Andreas, agar ruang audio-video berfungsi maksimal, maka perhitungan besaran ruang, kemiringan bidang, bentuk ruang, dan penggunaan material harus menjadi pertimbangan utama. Fungsi perabot dan alat-alat audio-video harus maksimal, sedangkan gaya dan estetika bisa disesuaikan dengan selera pemilik rumah.

Untuk penataan akustik yang baik, memang diperlukan bahan-bahan dengan peredam suara yang tinggi, tetapi pantulan terhadap suara pun tetap dibutuhkan demi menciptakan ambiens (ambiance) agar tak terjadi dead-room.

”Pada ruang audio-video diperlukan pula penyebaran atau difusi suara yang cukup dan merata. Caranya, antara lain, dengan menggunakan permukaan atau tekstur bahan seperti relief batu, ukiran kayu, bahkan susunan buku yang sengaja dibuat tidak beraturan,” ungkapnya.

Selain itu, Anda juga bisa menggunakan diffusor, perangkat akustik untuk menyebarkan refleksi suara. Dengan diffusor, akan lebih akurat penghitungan pengaruh panjang gelombang terhadap frekuensi yang ditimbulkan. Dengan demikian, tidak terjadi penumpukan suara pada frekuensi tertentu.

”Penumpukan suara dapat mengakibatkan feedback pada high frekuensi atau boomy pada low frekuensi,” ucap Andreas menambahkan.

Warna netral dan modern

Tak ada patokan warna atau gaya interior yang sebaiknya diterapkan pada ruang audio-video. Orang bisa memilih gaya maupun warna apa pun untuk ruangan ini. Namun, dari pengalamannya, Johan menuturkan, orang biasanya memilih gaya modern untuk interior audio-video.

”Pendekatan gaya modern memungkinkan furnitur langsung menyatu dengan desain alat-alat audio-videonya. Sementara, kalau kita memilih gaya klasik, misalnya, alat-alat audio-video yang umumnya berdesain modern itu mesti ditutup dengan perabot lain. Ini supaya interior ruang tersebut tetap terjaga sisi estetiknya,” ujarnya.

Sebagai ”penutup” bagi alat-alat audio-video bisa digunakan kain, rak, atau lemari yang desainnya menyesuaikan dengan gaya interior pada ruangan tersebut. Hanya saja, untuk merawat alat-alat audio-video yang disembunyikan ini, perlu kerja ekstra.

”Kalau alat-alat audio-video itu menjadi bagian dari elemen interior ruang, kan langsung kelihatan mata. Jadi lebih mudah perawatannya. Tetapi, kalau alat-alat itu disembunyikan, artinya orang harus membersihkan alat-alat itu dan juga elemen atau perabot yang digunakan untuk menyembunyikan alat audio-video tersebut,” tutur Andreas menambahkan.

Salah satu syarat dasar agar ruang audio-video tidak mengganggu ruang lain adalah berdinding bata atau beton, dengan langit-langit berupa eternit atau beton. Sementara untuk lantainya bisa dipilih karpet, permadani, atau kayu.

”Kalau untuk ruang video, sebaiknya gunakan karpet untuk lantainya. Karpet dipilih agar suasana bioskop tetap hadir di sini. Adapun lantai kayu tidak bisa menghadirkan suasana itu,” ujar Johan.

Tentang pemilihan warna ruang audio-video, biasanya orang memilih warna-warna netral, seperti putih, abu-abu, krem, atau coklat. Kalaupun digunakan warna ”berani” seperti merah atau hijau, biasanya hanya sebagai aksen ruangan.

Pencahayaan pada ruang audio-video umumnya dibuat untuk menciptakan suasana yang ingin ditampilkan. Oleh karena itulah, demikian Andreas, jenis pencahayaan yang dipilih biasanya berupa cahaya tak langsung (spot maupun indirect lighting), bukan direct atau general lighting.

Meski terkesan rumit, keberadaan ruang audio-video bagi sebagian orang bisa merupakan gengsi sekaligus pemenuhan hobi. Sama seperti kepemilikan mobil terbaru merek tertentu atau mebel produk dunia yang dianggap bisa menunjukkan kelas sosial-ekonomi pemiliknya.
Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872

Tidak ada komentar:

Posting Komentar