Jumat, 24 Agustus 2007

Apiknya Desain Interior Rumah di Mal-mal

Apiknya Interior Rumah di Mal-mal

TIGA orang ibu muda terlihat masuk ke gerai interior Home Sweet Home di Pasaraya Grande Blok M. Sambil asyik mengobrol, mereka berkeliling melihat-lihat desain interior yang tertata api di gerai itu. Sesekali mereka berhenti sambil memegang bunga plastik yang dipajang di atas meja kayu. Mereka juga mengelus-elus bantal kursi serta sofa sambil terus mengobrol. Setelah sekali berkeliling, ketiganya keluar dari gerai.

BEBERAPA detik kemudian, seorang perempuan muda masuk dan tampaknya tertarik dengan tawaran diskon sebesar 10 persen khusus untuk beberapa produk furnitur. Seperti ketiga ibu sebelumnya, perempuan muda itu juga berkeliling sambil memegang-megang beberapa produk. Puas memegang-megang, perempuan itu pun berlalu.

"Kalau ada customer datang dan melihat-lihat, kami harus membiarkan. Jika memang serius ingin membeli, pasti dia akan mendatangi kami. Kami akan datang jika dia melambaikan tangan. Kalau kita buntuti terus pasti mereka akan jengah," kata Dian Wahyu, asisten sales gerai itu.

Suasana serupa terlihat di Mal Taman Anggrek, Jakarta Barat.

Di lantai empat mal, gerai-gerai furnitur menawarkan berbagai desain interior. Orang tidak hanya sekadar menjual produk furnitur, mereka juga menawarkan berbagai aksesori dan pajangan lengkap dengan penataan interior yang artistik.

"Zaman sekarang, pengusaha furnitur tidak hanya menjual produk dengan menumpuk-numpukkannya di toko atau show room. Jika ingin merebut hati konsumen, kita harus mampu memajang barang dengan indah. Harus disesuaikan dengan keadaan ruangan. Dibutuhkan ruang luas untuk menata interior rumah," jelas Eko Martono, staf marketing Pola yang membuka gerai di Mal Taman Anggrek (MTA).

Di beberapa gerai di Metro Senayan seperti Atmosphere Furniture atau Dinasti Furniture, berbagai produk mebel dipajang sesuai desain interiornya. Untuk menjual satu set meja tamu, tidak cukup hanya memajangnya tanpa polesan. Untuk menarik pembeli atau pengunjung mal, pengusaha furnitur tidak lagi memfokuskan diri pada mebel semata. Yang lebih penting, aksesorinya.

"Elemen interior itu banyak sekali. Mulai dari furniturnya sampai pengharum ruangannya.

Jika berniat memasarkan produk mebel tertentu, aksesori jangan pernah dilupakan," jelas staf marketing dan visual merchandise Atmosphere Furniture Eko Purwanto.

MAL dan plaza memang menjual apa saja, termasuk imajinasi dan impian pengunjungnya. Di mal atau plaza, orang bisa membeli mulai peniti hingga satu set perlengkapan fitness dan kebugaran.

Tiap detik, mal dan plaza terus dikunjungi orang.

Dari situlah pemikiran untuk menjual produk furnitur dan interior ruangan terus berkembang.

Menurut Eko, Pola Interior dan Furniture pada awalnya membuka gerai di pusat perbelanjaan Mangga Dua sebelum beralih ke Mal Ciputra. Setelah MTA beroperasi pada Agustus 1997, Pola beralih ke mal itu sampai sekarang.

Saat ini, gerai interior dan furniture berjajar di lantai empat MTA. Ada Vinoti, Pola, Chantique, Magna, Cellini, Vita, dan masih banyak lagi. "

Gerai furniture di sini kurang lebih ada 30-an. Di sini memang sudah dikoordinasi sejak awal, jadi gerai di sini ada payungnya meskipun kami bersaing satu sama lain," jelas Eko.

"Awalnya, kami hanya menjual furnitur saja. Namun, kami melihat banyak orang menjual produk yang sama. Kami lalu mulai menjual juga berbagai elemen interior mulai dari pernik yang kecil-kecil seperti hiasan pintu hingga vas bunga besar untuk dipajang di ruang tamu," kata Eko Martono.

Tren memajang interior di mal makin berkembang. Atmosphere Furnitur bahkan baru mulai membuka gerai pada tahun 2001 di Metro Senayan dan Metro MTA. "Awalnya kami memang hanya membuka show room di Kemang Raya, Jakarta Selatan, selain kantor dan gudang utama di Meruya. Lama-lama, kami berniat merambah mal karena mal sangat strategis," papar Eko Purwanto.

Staf Atmosphere lain, Syukron Makmun, menambahkan, tujuan membuka gerai interior di mal antara lain untuk memperluas jaringan, mempermudah akses pelanggan, menambah omzet, serta mendekati pasar lain. "Idealnya, gerai harus ada di setiap wilayah. Kami sudah ada di Jakarta Pusat, Jakarta Barat, serta Jakarta Selatan. Kami masih menjajaki kemungkinan membuka gerai di Jakarta Timur dan Jakarta Utara," jelasnya.

Home Sweet Home di Pasaraya Grande Blok M juga baru beroperasi pada tahun 2001. Namun, hari demi hari, minat pembeli semakin besar. "Kami, kan, memajang. Silakan pembeli melihat-lihat sepuasnya. Terserah mau membeli atau tidak.

Namun, sejak dibuka, Home Sweet Home memang cukup laris. Ini saja barang-barangnya sudah habis-habisan, tinggal sedikit," kata Dian Wahyu.

Meski harus memesan gerai cukup luas, toh, lahan di mal tetap laku tersewa.

Suasana Home, misalnya, membutuhkan tempat terbuka yang luas di lantai lima Pasaraya Grande untuk memajang interior rumahnya.

Suasana Home terkesan sangat etnik dengan memajang interior dari berbagai daerah seperti Bali atau Yogyakarta.

Menurut General Manager MTA Ferry Bachtiar animo masyarakat terhadap keberadaan mal memang terus meningkat.

Tidak hanya datang dari pengusahanya, namun juga pengunjungnya. Jika dulu mal hanya menjual baju, saat ini apa saja bisa diperoleh.

"Orang ke mal tujuannya, kan, shopping. Mereka lalu melihat-lihat.

Sekarang ini, mal sudah menjadi one stop shopping," ujarnya.

Ferry mengatakan, saat ini MTA bahkan sudah nyaris penuh dan tidak sebanding dengan daftar tunggu yang sekian panjangnya. "Waiting list-nya memang banyak. Namun, kami sendiri harus selektif memilih agar jangan saling tumpang tindih. Kalau sudah tumpang tindih, lalu tidak laku, tokonya malah bisa tutup. Kami ingin gerai yang representatif untuk memenuhi semua kebutuhan masyarakat," tuturnya.

INGIN membeli furnitur sekaligus desain interiornya atau hanya sekadar melihat-lihat saja, mal-lah tempatnya. Puluhan ribu pengunjung mendatangi pada hari Sabtu dan Minggu.

Beberapa pengunjung mal yang ditemui di gerai furnitur dan interior mengaku awalnya hanya melihat-lihat saja. Jika suatu hari berniat membeli barang, dia tinggal datang kembali ke tempat itu.

"Saya memang hanya melihat-lihat saja. Setiap kali pergi ke mal, saya selalu berkeliling ke lantai lima. Banyak yang unik. Mungkin suatu saat saya membeli juga," kata Umi, pengunjung Pasaraya Grande Blok M.

Hal senada dikatakan Atik, warga Jakarta Timur, saat berjalan-jalan di Plaza Senayan. "Kalau di mal, saya cenderung hanya melihat-lihat. Untuk furnitur atau interior, paling-paling saya hanya melihat harganya. Mana bisa saya membeli barang mewah," ujarnya.

Sari, warga Petamburan, bahkan mengaku hanya ingin mencontek desainnya saja. Puas "cuci mata", ia pun pulang. "Kalau ada brosurnya itu lebih menguntungkan. Sesampai di rumah, saya tinggal menunjukkan desainnya pada tukang. Harga jauh lebih murah," katanya.

Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872

Tidak ada komentar:

Posting Komentar