Kamis, 23 Agustus 2007

Harga Rumah Sederhana Segera Naik

Harga Rumah Sederhana Segera Naik


JAKARTA – Kenaikan harga rumah dan properti umumnya tampak sudah tidak terelakkan lagi. Oleh karenanya, konsumen kini harus siap-siap menantikan harga rumah bakal naik.

Adalah niat pemerintah yang akan menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) yang menjadi pemicu utama, setelah sebelumnya harga-harga material, seperti kayu dan besi, telah lebih dulu mengalami lonjakan harga sejak beberapa bulan terakhir. Dan dari kenaikan tersebut, yang paling terasa gaungnya tentu saja adalah rumah sederhana sehat (RSH).
Bila sebelumnya, Menteri Negara Perumahan Rakyat (Menpera) Yusuf Ansy’ari masih menahan diri untuk tidak memberikan sinyal, namun kini dirinya berani bersuara lantang.
“Kenaikan harga rumah sederhana sehat (RSH) ini masih menunggu besaran kenaikan harga bahan bakar minyak sekitar Maret mendatang. Kenaikan harga rumah tersebut tidak akan lebih dari usulan pihak REI (Real Estat Indonesia) sebesar 30 persen,” kata Menpera, di Jawa Barat, baru-baru ini.
Tanda-tanda akan adanya kenaikan harga itu memang sudah diprediksi banyak pihak. Pasalnya, kenaikan harga RSH hanyalah mengekor kenaikan yang sudah terjadi di subsektor properti lain. Apartemen misalnya yang tergolong inelastis terhadap kenaikan harga ternyata tidak bisa menghindar lagi dari desakan kenaikan harga.
Ini diakui sendiri oleh Bambang Budi Raharjo, Direktur Utama PT AdhiRealty yang membangun Apartemen Salemba Residences (ASR) bersama mitra asing asal Malaysia PT Eden Capital.
“Harga yang kita tawarkan ini hanya berlaku hingga akhir bulan Januari 2005 saja, karena per tanggal 1 Februari 2005 harga akan kita naikkan. Jadi bergegaslah sebelum harga naik,” paparnya.
Berapa besar kenaikan harga? Ia tidak menyatakan secara persis. Namun biasanya kenaikan tersebut bisa mencapai dobel digit alias minimal 10 persen.
Bila kenaikan itu terjadi pada sektor perumahan yang lebih elastis terhadap kenaikan komponen BBM dan faktor lain, biasanya pengembang (developer) menaikkan harga jual rumah minimal 15-20 persen lebih tinggi dari kenaikan yang terjadi di subsektor apartemen.
Satu hal yang pasti, jelas Menpera Yusuf Ansy’ari, kenaikan harga RSH itu akan diupayakan tidak akan memberatkan rakyat. “Kita masih akan diskusikan, nanti harga BBM naik berapa persen dulu, dari situ kita akan lihat dampaknya pada komponen bangunan,” katanya seperti dikutip Indoproperty.com. Ia menegaskan pemerintah memang belum mengambil keputusan final soal usulan kenaikan harga rumah sederhana sehat (RSH) ini.

Kontraktor
Predictable atau sudah bisa diperkirakan/diprediksi sebelumnya, itulah mungkin yang paling tepat menggambarkan situasi saat ini. Di pasaran, meski harga BBM belum naik, namun semua komponen bahan bangunan seperti besi, kayu, semen, harganya sudah naik terlebih dulu. Pergerakan harga besi, semen, bahkan sudah terlihat jelas selama beberapa bulan terakhir di tahun 2004.
Besi baja harganya di pasaran sudah naik lebih dari 30 persen, begitu juga dengan semen yang melonjak harganya.
“Kita bingung mematok biaya untuk pembelian bahan bangunan karena rata-rata pemasok yang biasa jadi rekanan kita sudah menaikkan harga. Kalau mau cari harga lebih murah rasanya sulit sekali dan belum tentu ada,” ujar salah seorang kontraktor yang dihubungi SH. Sebagai ujung tombak di lapangan, kontraktor paling mengetahui persis gejolak harga-harga di pasaran.
Sekretaris Jenderal DPP REI (Dewan Pengurus Pusat Real Estat Indonesia) Teguh Satria pernah berkata yang bakal sangat terasa kenaikannya adalah rumah sederhana (RSH). Menurutnya, harga RSH yang saat ini dipatok Rp 36 juta per unit untuk tipe 21, sudah tidak mungkin dipertahankan lagi. Alasannya, harga sebesar itu tidak bisa menutupi harga bahan bangunan.
“Inilah dilema untuk rumah kecil. Kalau dinaikkan lebih dari 20 persen, rumah yang diperuntukkan bagi mereka yang berpenghasilan menengah bawah akan menyulitkan. Tetapi kalau dinaikkan kurang dari 15 persen, para pengembang akan mengalami kebangkrutan,” katanya.

Fokus
Yang cukup menarik untuk disimak ternyata kenaikan harga rumah itu ditengarai tidak akan mengurangi lonjakan penjualan rumah untuk tahun 2005. Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) mencatat tahun lalu penjualan rumah mencapai 159.000 unit dan tahun ini angka itu meningkat hingga 193.000 unit atau tumbuh sebesar 30 persen.
“Peningkatan itu terjadi karena meningkatkan penjualan rumah kategori rumah sederhana sehat (RSH) dari 55.000 unit di tahun 2004 menjadi sekitar 83.000 unit pada tahun 2005,” kata Panangian Simanungkalit, Direktur Eksekutif PSPI.
Panangian menambahkan, kenaikan harga BBM memang diakui memberikan pengaruh. Namun sekali lagi tegasnya, dampak kenaikan itu hanya sebentar dan selanjutnya pasar perumahan akan bereaksi kembali normal seperti sediakala. Ia juga menyatakan, melonjaknya penjualan RSH terkait dengan adanya institusi baru yakni Kementerian Negara Perumahan Rakyat. Sehingga kebijakan pembangunan rumah tahun 2005 bakal lebih fokus ketimbang tahun-tahun sebelumnya.
Ia juga menyebutkan, bila kenaikan penjualan RSH mencapai 30 persen, maka untuk rumah sedang atau menengah kenaikan penjualannya sekitar 15-20 persen, dan untuk rumah mewah paling banter sebanyak 10 persen. PSPI juga mencatat, nilai transaksi penjualan rumah primer secara nasional diprediksi mencapai lebih dari Rp 15 triliun, naik 30 persen dibandingkan tahun 2004 yang senilai Rp 11,5 triliun.

Perizinan
Berapa kenaikan RSH yang bisa diterima? Dari sisi konsumen tentu saja tidak menginginkan harga naik. Itu sudah jelas. Namun dari kalangan pengembang, muncul usulan agar harga RSH dinaikkan dari Rp 36 juta per unit menjadi Rp 45 juta/unit.
Kenaikan itu tidak semata-mata untuk meng-cover naiknya harga komponen bahan bangunan dan BBM, tetapi juga untuk menutupi beban biaya lain yang selama ini ditanggung oleh pengembang seperti PPh dan biaya surat, perijinan lainnya. Pertanyaannya, apakah harga rumah Rp 45 juta itu masih terjangkau oleh masyarakat kelas bawah. Dengan kondisi sektor perumahan dan perkiraan kenaikan harga jual RSH, tentunya angan-angan masyarakat berpenghasilan kecil untuk memiliki rumah, semakin sulit terwujud. Sebab, saat ini saja di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), harga rumah ternyata sudah lebih dulu naik rata-rata 5-10 persen. Kalau sudah begini, maka rakyat jua yang dililit kesulitan.
(SH/rudy victor sinaga)

Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872

Tidak ada komentar:

Posting Komentar