Jumat, 24 Agustus 2007

Cita Rasa Etnik pada Penataan Interior

JAKARTA – Interior bergaya etnik tidak selamanya tampil berat. Agar tatanannya menyatu dengan desain lain, maka harus dibuat selaras antara tekstur dan ornamennya.

Banyak yang mengerutkan dahi jika mendengar kata etnik dalam penataan interior. Karena biasanya yang terlintas dalam pikiran adalah barang-barang antik dengan ukiran yang terlihat serbaberat. Padahal, etnik itu bukan berarti perabotan dengan ukiran berat, tapi bisa lebih dari itu. Etnik selalu mengadaptasi dengan unsur tradisional yang diterjemahkan dari kultur budaya di Indonesia.

Meski biasanya rumah dengan langgam etnik seluruh komponennya banyak menggunakan ukiran penuh dengan ornamen dari berbagai gaya. Hal itu membuat simbol status bagi pemiliknya dan sudah sepantasnya bila mendapatkan penghormatan dan penyetaraan.

Namun seiring bergulirnya waktu dan keterbatasan lahan yang tersedia, untuk mengaplikasikan rumah etnik saat ini tidak perlu utuh mengambil bentuk etnik secara keseluruhan. Jadi dari permainan berbagai ornamennya saja sudah bisa menandakan rumah dengan gaya ini. Bahkan, bila ingin lebih berkesan modern, dapat memadukannya dengan sentuhan furnitur yang lebih simpel.

Mengenai hal itu, seorang arsitek dan interior desainer yang juga merangkap sebagai konsultan, I Oetomo Aryobimo mengungkapkan, “Gaya etnik sebetulnya diambil dari ciri khas suatu daerah atau kebudayaan tertentu. Tetapi saat ini dalam menata hunian bergaya etnik tersebut tidak perlu secara keseluruhan, namun dapat diambil sebagai background atau salah satu bidangnya saja yang ditonjolkan sebagai eye catching. Meski demikian, harus dalam satu keselarasan antara tekstur dan ornamennya.”

Untuk menata dan menguatkan nuansa etnik pada interior, material kayu banyak dipakai sebagai bahan utamanya. Namun, untuk melengkapi tatanan secara keseluruhan, rumah dengan gaya ini juga banyak memadupadankan kelambu dan kain sebagai elemen interior pendukung. Pemilihan kain tradisional seperti kain batik atau kain tenun dapat menghadirkan nuansa etnik pada interior ruang.

”Material kain batik yang dijadikan sebagai sarung bantal kursi atau kain penghias dekorasi dinding dapat menjadi penunjang interior yang lebih menghidupkan kesan etnik hunian,” papar pria yang pernah mengenyam pendidikan di luar negeri itu.

Mendengar kata etnik pasti yang langsung terlintas ialah perawatan yang merepotkan dan harus ekstra karena etnik identik dengan ukiran yang mudah menyimpan debu. Karena itu, memilih gaya etnik berarti juga perlu mengambil konsekuensi dalam hal perawatan yang banyak memakai ukiran kayu. Karena itu meski hanya sedikit, pasti akan meninggalkan debu yang membutuhkan ekstraperhatian.

”Perawatan gaya etnik yang sarat dengan ukiran dan detail-detail ornamen memang lebih sulit daripada gaya lain. Maka memerlukan perawatan khusus untuk membersihkannya yaitu dengan menggunakan kuas kering yang ketebalan dan kekerasan cukup untuk mengangkat debu pada ukiran,” ungkap peraih Best Design Classic House di Roddeck, London itu.

Pada sentuhan akhir, agar gaya etnik selaras dengan kombinasi unsur lain di dalamnya memerlukan mata yang tajam dan feeling yang pas. Ini ditekankan agar menghadirkan suasana etnik yang teduh dan alami. Caranya yaitu dengan pemilihan efek lampu berwarna kuning yang memberi kehangatan di seluruh ruang.

”Untuk membantu memberi kesan etnik yang ingin dihadirkan sebaiknya menggunakan spot lighting. Jangan memakai general lighting karena justru malah tidak mendukung suasana,” tuturnya
Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872

Tidak ada komentar:

Posting Komentar