Kamis, 23 Agustus 2007

Rumah Instan Sederhana Sehat

Risha, Alternatif Membangun Rumah Murah dan Cepat

SEPINTAS, sebutan Risha seperti nama seorang perempuan, tetapi sesungguhnya dia adalah kependekan dari Rumah Instan Sederhana Sehat, yakni teknologi konstruksi rumah yang dikembangkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman di Cileunyi, Bandung.

UNTUK mengatasi kebutuhan masyarakat terhadap rumah, pembangunan perumahan dapat dipercepat melalui pabrikasi rumah sederhana sehat (RSH) dengan sistem Risha yang dapat dibongkar pasang.

Komponen-komponen RSH dengan sistem ini dapat dibuat secara pabrikasi sehingga diharapkan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya yang berpenghasilan rendah, rumah swadaya, rumah darurat, atau perumahan pengungsi seperti di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara yang belum lama ini dilanda gempa dan gelombang tsunami.

Pola pembangunan Risha mengacu pada sebuah permainan anak-anak, yakni lego dan tamiya. Tipe rumah sederhana ini dibangun dengan cara merakit komponen-komponennya. Menurut Arief Sabaruddin, peneliti muda dari Puslitbang Permukiman, variasi jumlah komponen Risha hanya sedikit dan mudah dibongkar pasang (knock down) dan bisa dirakit langsung jadi alias instan.

"Artinya instan, semua kegiatan pembangunan rumah dengan sistem Risha tidak melibatkan kegiatan pengecoran sama sekali," kata Arief yang berbadan kurus ini. Ide membangun rumah sederhana dengan sistem Risha mengacu kepada perpaduan konsep bongkar pasang (dari lego) dan instan (dari makanan siap saji).

KONSEP dasar pembangunan rumah sederhana dengan sistem Risha adalah ringan, dapat dengan cepat dibangun, bisa dibongkar pasang, dan komponennya dapat diproduksi oleh usaha kecil menengah. Sistem ini juga bisa menurunkan biaya konstruksi, khususnya untuk rumah sederhana. Pada acara peluncuran teknologi pembangunan rumah dengan sistem Risha di Cileunyi tanggal 20 Desember 2004, biaya untuk membangun rumah sederhana dengan sistem ini hanya Rp 500.000 per meter persegi.

Dengan begitu, kalau masyarakat berpenghasilan rendah ingin membangun rumah sederhana tipe 21 dengan menggunakan sistem Risha, mereka cukup mengeluarkan dana sebesar Rp 10,5 juta (untuk daerah Bandung dan sekitarnya). Rumah ini juga bisa dibangun secara horizontal maupun vertikal.

Risha terdiri atas tiga komponen utama, yakni komponen struktural, pengisi, dan komponen utilitas. Bagi masyarakat yang ingin mengubah penampilan rumahnya setiap tahun, Risha juga dapat direkayasa ulang karena dapat dibongkar pasang tanpa harus membuang material yang telah digunakan dan dapat dimanfaatkan kembali untuk rancangan atau desain lain yang diinginkan.

Selain itu, tutur Arief, dalam pengerjaannya, sistem Risha juga tidak memerlukan waktu lama dan hanya membutuhkan sedikit tenaga. "Itu sebabnya moto dalam pembangunan Risha adalah pagi pesan, sore huni," kata Arief berpromosi. Jika kita memesan satu unit Risha pagi hari, maka hanya dalam waktu lebih kurang delapan jam, rumah sudah akan berdiri dan siap dihuni sore harinya.

Berbagai komponen yang digunakan juga tergolong ringan dan dapat dikerjakan oleh tiga orang saja. Yang bisa merakit komponen Risha bisa pengusaha usaha kecil menengah (UKM) maupun pengembang yang akan membangun RSH. Komponen yang digunakan dalam sistem Risha relatif ringan. Komponen struktural Panel 1 berukuran 1,20 x 30 sentimeter dan memiliki berat kurang dari 50 kilogram.

KOMPONEN tersebut ringan dan dapat diproduksi oleh masyarakat dalam bentuk industri rumah dan UKM. Adapun untuk menghubungkan satu komponen dengan yang lainnya digunakan baut (join kering). Untuk komponen struktur memakai beton bertulang yang dicetak di atas cetakan baja. "Pembuatan cetak baja relatif mudah dengan menggunakan baja profil kanal 10," ujar Arief menjelaskan.

Seluruh komponen utama Risha terdiri atas tiga komponen struktur, tiga komponen partisi, dan tiga komponen kuda-kuda dengan fondasi dan sloof yang dipabrikasi. Rangka struktur terdiri atas tiga komponen, yaitu dua panel struktur dan satu simpul, sedangkan konstruksinya dibuat dari beton bertulang dengan tulangan utama diameter 8 milimeter dan sengkang diameter 6 milimeter.

Demikian pula simpul, terbuat dari beton bertulang yang diperkuat oleh pelat baja pada bagian sambungannya, sedangkan panel dengan panel atau panel dengan simpul dihubungkan dengan baut berdiameter 12 sentimeter yang diberi ring. Rangka struktur ini mampu menanggung beban rumah Risha dengan dua lantai.

Menurut Arief, rumah instan Risha dapat didirikan di atas lahan mana pun. Namun, pada kondisi khusus seperti tanah lunak, fondasi harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut. Sedangkan dari segi kekuatan terhadap getaran, rumah ini telah diuji dengan alat uji gempa. "Sejauh ini Risha dapat dibangun pada daerah gempa sampai dengan zonasi enam," katanya menambahkan.

Uji gempa juga dilakukan pada rumah sistem Risha dengan dua lantai di Puslitbang Permukiman di Cileunyi. Selain melakukan pengujian terhadap gempa, Risha juga sudah memenuhi ketentuan tentang sebuah rumah yang sehat sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 403/KPTS/M/2002. Standar kesehatan sebuah rumah antara lain harus memiliki sanitasi yang sehat dan ventilasi yang mencukupi.

PADA acara peluncuran pembangunan rumah dengan sistem Risha di Bandung hadir Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, Menteri Perumahan Rakyat Muhammad Yusuf Asy’ary, Ketua Umum DPP Real Estat Indonesia (REI) Lukman Purnomosidi dan Ketua Umum DPP Asosiasi Pengembang Rumah Sederhana Indonesia (Apersi) Fuad Zakaria.

Menurut Menpera Yusuf Asy’ary, Risha telah memperkaya alternatif teknologi pembangunan RSH. Salah satu alasan dikembangkannya pembangunan RSH dengan sistem Risha adalah dalam rangka mengatasi semakin meningkatnya harga bahan bangunan serta mengatasi semakin terbatasnya pasokan bahan bangunan alami seperti kayu yang menjadi bagian terbesar dalam konstruksi rumah sederhana.

Namun, lanjut Menpera, efektivitas pemanfaatan teknologi Risha ini masih perlu dibuktikan di lapangan, terutama untuk daerah yang belum memungkinkan untuk diproduksi secara massal.

"Kita maklumi bahwa penggunaan bahan bangunan beton pada Risha ini akan lebih efektif kalau didukung peran aktif dunia usaha untuk dapat memproduksi dalam jumlah yang cukup signifikan sehingga dapat diperjualbelikan di pasar (toko bahan bangunan) agar dapat dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat," ungkap Yusuf Asy’ary.

Kalau hanya diproduksi dalam skala kecil, apalagi harus melalui proses pengiriman dari satu daerah ke daerah lain, biaya akan menjadi mahal. Di lain pihak apabila akan dikembangkan oleh industri kecil setempat, perlu dikaji kelayakan ekonomisnya dikaitkan juga dengan permintaan pasar akan bahan bangunan tersebut.

Ketika hal ini ditanyakan kepada pengembang, Ketua Umum DPP REI Lukman Purnomosidi mengatakan sepanjang ada permintaan dari masyarakat dan perbankan mau memberikan kredit untuk pembangunan RSH dengan sistem Risha, pihaknya akan membangun rumah dengan teknologi baru itu.

Di era seperti sekarang, suatu teknologi baru betapapun praktis, tepat guna dan murah, tetapi kalau tidak diminati masyarakat belum tentu bisa digunakan secara massal.

Kalau teknologi pembangunan dengan sistem Risha tidak dapat digunakan secara massal, maka biayanya akan menjadi mahal. Oleh karena itu, untuk menerapkan konsep pembangunan RSH dengan sistem Risha, diperlukan komitmen dan pelaksanaan yang konsisten dan terpadu di antara semua pihak yang terkait dengan industri perumahan. (TJAHJA GUNAWAN)

Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872

Tidak ada komentar:

Posting Komentar