Selasa, 14 Agustus 2007

Sumur Bor Banyak Digunakan Airi Sawah

KETERBATASAN air, rupanya tidak menghambat petani di Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut untuk menanam padi. Keterbatasan air itu memacu mereka untuk memikirkan cara agar sawah dan ladang mereka dapat terairi dengan baik. Karena saluran irigasi banyak yang kering akibat bendung air di sana jebol, penduduk kemudian menggunakan alternatif pengairan dengan menggunakan sumur bor.

Salah satu contohnya, yang dilakukan petani di wilayah Kec. Karangpawitan, sebuah daerah yang selama ini terkenal sulit mendapatkan pengairan karena sedikit sungai dan irigasi yang masih berfungsi. Sumur bor-sumur bor yang dibuat secara swadaya oleh para petani sejak 1980-an itu, kini dapat mengairi puluhan hektare sawah dan bisa mengairi kebun tomat, cabai, dan tanaman hortikultura lainnya.

Sebelum era 1980-an, menurut penduduk, pernah dibangun sebuah dam dan irigasi untuk mengairi lahan pertanian di wilayah Kec. Karangpawitan. Namun, dam dan saluran air tersebut roboh sehingga tidak bisa berfungsi lagi. Menurut penduduk sekitar, beberapa kali dam tersebut dicoba untuk diperbaiki, tetapi selalu tidak bertahan lama karena dana yang digunakan untuk membangun dam itu kurang dan akhirnya dibiarkan hingga sekarang.

Sejak tidak berfungsinya dam tersebut, para petani semakin banyak yang menggunakan air dari sumur bor. Di Desa Cimurah Kec. Karangpawitan saja, sudah terdapat 7 sumur bor yang masih berfungsi. Belum terhitung sumur bor yang sudah kering. Di desa-desa lainnya juga banyak petani yang menggunakan sumur bor untuk mengairi sawah dan kolam ikan mereka. Namun, setelah banyak sumur bor, timbul permasalahan baru yaitu, semakin berkurangnya debit air yang mengalir dan semakin banyak sumur bor yang mengalami kekeringan.

Menurut Iin Sudarsa (72), seorang petani yang menggunakan sumur bor, sejak bermunculannya sumur-sumur bor baru, air yang keluar dari sumur bor lama semakin kecil, bahkan banyak yang sudah mengering. Terkadang, menurut Iin, air mengalir secara bergiliran. Bila sumur bor yang satu mengering, sumur bor yang lain mengalirkan air yang cukup banyak. Keadaan semakin memburuk setelah banyak yang menggunakan mesin penyedot air, yang menurut penduduk setempat, mempercepat proses pengeringan sumur bor.

Menggunakan air dari sumur bor sebenarnya berpengaruh pada jumlah padi yang dihasilkan. Iin menuturkan, bila menggunakan air dari sungai atau irigasi, hasil yang diperoleh biasanya lebih memuaskan karena air tersebut mengandung zat-zat yang baik bagi tanah pertanian. Sementara itu, bila menggunakan air dari sumur bor, hasilnya kurang begitu memuaskan. Selain harus lebih banyak menggunakan pupuk dan zat lain, jumlah padi yang dihasilkannya pun lebih sedikit daripada sawah yang menggunakan air sungai/irigasi.

Bila sawah menggunakan air dari sungai/irigasi, menurutnya, dapat menghasilkan 8-10 ton gabah/hektare, sedangkan bila menggunakan air dari sumur bor, maksimal hanya mendapatkan 6 ton gabah per hektare. Hasil maksimal itu dapat diraih jika petani menggunakan pupuk dan zat lainnya secara maksimal pula. Jika tidak hasil yang akan diperoleh hanya berkisar 3-4 ton gabah saja untuk setiap hektare sawah. "Berbeda dengan sawah yang mendapat pengairan dari irigasi, yang tidak perlu menambahkan pupuk terlalu banyak, karena airnya sudah kaya akan zat-zat tersebut," tutur Eha (65), seorang petani lainnya.

Untuk mengatasi kurangnya zat penyubur dalam air, para petani membangun kolam penampungan air yang sekaligus berfungsi sebagai kolam ikan dan tempat pembuangan limbah keluarga. Maksudnya, air dari sumur bor tidak langsung dialirkan ke areal pertanian, tetapi dialirkan terlebih dahulu ke kolam penampungan tersebut agar "terkontaminasi" oleh zat-zat yang bisa memperkaya zak pupuk air tersebut. Dari kolam penampungan itu, baru air dialirkan ke areal pertanian dengan harapan membawa zat-zat yang menguntungkan untuk tanaman.

Namun, dengan cara itu pun hasil yang diperoleh tetap tidak dapat maksimal. Para petani di wilayah ini tidak bisa menjelaskan secara ilmiah, tetapi secara logika mereka mengatakan, air sungai tetap lebih kaya akan zat-zat yang menguntungkan karena jalur yang dilewati sangat panjang dan melalui berbagai lahan. Sementara air dari kolam penampungan hanya membawa zat-zat yang ada di kolam penampungan itu saja.

Banyak harapan yang digantungkan para petani ini kepada Pemda Kabupaten Garut. Namun yang terutama ingin dibereskan adalah masalah pengairan. Karena hal inilah yang selalu menjadi kendala dalam menjalankan usaha pertanian mereka. Seperti harapan Iin yang menginginkan agar pemerintah mau kembali membangun dam dan irigasi untuk mengairi lahan pertanian mereka karena sebagian besar penduduk di wilayah ini menggantungkan hidup pada hasil pertanian. Atau, harapan lainnya seperti diungkap Eha, yang menginginkan agar petugas PPL sudi hadir untuk membantu para petani tomat untuk mengatasi masalah penyakit "mati bujang" pada tanaman tomat. (Zaky Yamani/"PR")***

Untuk Informasi Layanan Sumur Bor Tel. 021-73888872


Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872

Tidak ada komentar:

Posting Komentar