Selasa, 14 Agustus 2007

Mengintip Tren Perabotan di Furnitur Fair

Mengintip Tren Perabotan di Furnitur Fair

"Yang ini saja, simple tapi elegan," ujar Imelda pada Dion, suaminya, setengah berbisik. Tangan kanannya diletakkan pada sandaran kursi gaya milenium yang terbuat dari kulit tiruan. Tapi sang suami terlihat berat hati meninggalkan serangkaian kursi tamu gaya Italia klasik, dengan jok berbalut leather halus.

Hadi, sang penjaga di stan Henanza Furnitur hanya senyum-senyum saja. Ia tidak mencoba memberi masukan untuk pasangan muda ini. "Tergantung selera dan juga dekorasi rumah mereka, sih," ujarnya memberi alasan. Namun Hadi mengakui model furnitur seperti pilihan Imelda belakangan memang banyak diminati.

Pameran furniture yang berlangsung sejak 11-19 Agustus 2001 di Jakarta Hilton Convention Center (JHCC) Hal A dan B ini terlihat masih di dominasi gaya klasik, etnik, dan modern. Henanza sendiri lebih menonjolkan meubel gaya modern yang sederhana untuk sofa, tempat tidur maupun kursi makan.

"Mungkin karna harganya yang lebih murah, gaya seperti ini lebih banyak diminati pengunjung," imbuhnya. Selain simple, model sofa modern juga tidak berat karena hanya menggunakan sedikit bahan kayu dan terlihat lebih elegan dengan hanya terdiri dari warna kalem seperti warna coklat dan hitam.

Jika Henanza lebih banyak memamerkan produk gaya modern saja, maka stan Magna lebih variatif dalam membuat produknya. Ada yang model klasik, modern dan juga campuran dari klasik dan modern yang diberi nama gaya country.

Produsen furniture dari Inggris ini lebih banyak bermain dengan bahan kulit dan ukiran untuk model klasiknya. Sedang gaya modern tidak memerlukan banyak ukiran. Perbedaan keduanya, selain pada ukiran kayunya juga terletak pada warna dan penempelan kancing. "Warna-warna yang dipakai untuk model klasik terdiri dari warna natural seperti coklat tua atau hitam sedangkan untuk model modern lebih berani menggunakan warna terang seperti merah, kuning dan sebagainya," ujar Narti (20) yang bertugas menjaga counter Magna.

Gaya yang sama juga dapat terlihat di counter DaVinci, menawarkan diskon sebesar 30 persen untuk desain terbaru dan 50 persen untuk barang stok lama. , produk DaVinci hanya terdiri dari model klasik dan modern dengan gaya Italia. " Model modern, seperti sofa ini ada yang dapat di buka-lipat sehingga sehingga lebih praktis," jelas Lina, penjaga di stan DaVinci.

Model praktis seperti ini tampaknya banyak di minati oleh pengunjung terutama para pasangan muda. Seperti Natasha (25) dan suaminya Hendra (31) yang baru setahun membina rumah tangga. "Rumah kami tidak terlalu besar, sehingga kami tidak tertarik menggunakan model klasik yang berat dan besar. Kami sedang mencari sofa yang nyaman, ringan sehingga mudah dipindah-pindahkan, kalau bisa yang dapat berfungsi juga sebagai tempat tidur," ujar Natasha yang sedang mengandung anak pertamanya.

Selain pasangan Natasha dan Hendra, pendapat yang sama juga dikatakan Siti Haryati, pengunjung pameran yang bertempat tinggal di Tebet. Dalam mencari furniture untuk memperindah rumahnya, ia lebih suka mencari yang modern. "Selain irit tempat, harganyapun lebih murah karena tidak banyak unsur kayunya, dan model seperti ini tidak terlihat kaku di ruangan," tambah ibu rumah tangga yang sudah mempunyai satu anak ini.

Ia mengaku setahun sekali selalu ada furnitur yang dibelinya. Ia biasa memanfaatkan momen pameran, karena biasanya harga yang ditawarkan adalah harga promosi. "Kemarin-kemarin sih berhemat. Untuk mendapatkan suasana baru saya hanya mengganti bahan sofa lama dengan motif baru," ujarnya.

Namun seperti diungkapkan Bramantyo W, Direktur Utama PT Mediatama Binakreasi, saat ini sangat sulit 'menebak' tren furnitur yang digemari masyarakat. Sejak krisis ekonomi, produk furnitur lebih laku untuk konsumsi impor. "Tapi belakangan geliat bisnis furnitur dalam negeri mulai terasa, terlihat dari maraknya Furniture Fair yang hampir setiap bulan digelar," ujarnya.

Mediatama Binakreasi memang pionir event organizer pameran furnitur. Selain menggelar acara di dalam negeri, perusahaan ini juga rajin mengajak perusahaan lokal untuk berpamer di luar negeri, seperti Jerman, Belanda, dan Inggris.

Menurut Bramantyo, furnitur asal Indonesia banyak dilirik pembeli dari luar negeri. Hanya saja, kemampuan kita untuk memenuhi permintaan mereka baru 3 persennya saja. "Ini tak lepas dari desain dan motif furnitur kita yang menarik, dimana pembuatannya masih tailor-made, langsung oleh pengrajinnya," ujarnya.

Di pasar lokal, produk ini pun masih diburu. Buktinya? "Orang masih mencari meja model peti kuno untuk dipersandingkan dengan kursi tamu gaya Eropa." Nah! mg03

Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872

Tidak ada komentar:

Posting Komentar