Jumat, 17 Agustus 2007

Interior yang Sesuai dengan Selera Penghuninya

Interior yang Sesuai dengan Selera Penghuninya

Selera antara satu orang dan lainnya bisa sama, dapat pula berbeda-beda. Kalau membahas soal selera, seakan tak ada habisnya karena setiap orang punya pembenaran bahwa seleranya adalah yang terbaik. Selera muncul dalam berbagai segi kehidupan seseorang, termasuk dalam memilih mebel dan menata interior rumahnya.

Selera seseorang juga bisa berubah, apalagi bila dia mendapatkan pengetahuan atau informasi baru tentang sesuatu yang membuatnya terpana. Informasi bisa datang dari mana saja, mulai dari tetangga sampai iklan dan berbagai jenis promosi lain.

Namun, apa pun selera Anda, sebaiknya sebelum memutuskan membeli furnitur dan menata interior rumah, Anda memperhitungkan pula karakter maupun kebutuhan anggota keluarga lain yang tinggal serumah.

Imelda Akmal, arsitek dan penulis buku interior, dalam sebuah seminar mengingatkan agar karakter dan situasi keluarga menjadi pertimbangan untuk menentukan interior rumah. Dia mencontohkan, untuk rumah keluarga yang mempunyai anak balita, sebaiknya tidak memilih benda-benda interior yang mudah dijangkau anak dan gampang pecah, seperti kristal.

”Banyaknya benda-benda seperti itu justru akan membuat situasi rumah ribut terus. Anak tidak leluasa bergerak, sedangkan jantung ibu selalu deg-degan,” katanya.

Rose Mini, psikolog dari Universitas Indonesia, mengatakan, selain pilihan interior, sebenarnya banyak faktor yang memengaruhi kenyamanan rumah, di antaranya, hubungan antar-anggota keluarga, hubungan dengan tetangga, lingkungan fisik tempat tinggal, dan kesesuaian selera dengan karakteristik pribadi masing-masing.

Dia mencontohkan, ketika sebagian lantai atas rumah dibuat dari kaca polos atas permintaan sang suami, Rose sempat mengalami masa kurang menyenangkan di rumahnya sendiri.

”Saya takut lewat di atasnya, padahal kaca itu berada di pintu masuk ruang perpustakaan, ruangan favorit saya. Sementara suami saya ingin agar kaca itu tetap ada di sana. Menurut dia, kaca justru memperindah ruangan. Kemudian kami kompromi, kaca itu diberi penahan berbahan kayu untuk menimbulkan kesan kokoh. Saya jadi yakin kaca itu kuat menopang tubuh saya, sedangkan suami tetap senang karena lantainya terbuat dari kaca,” cerita Rose.

Agar tak bingung

Setelah mengetahui kebutuhan anggota keluarga, orang sering kali masih tak yakin dengan seleranya dalam menentukan interior rumah. Pemilihan interior tak mudah, di samping harganya pun relatif mahal. Pada umumnya, orang tidak bisa dengan mudah mengganti interior rumah meski dia sesungguhnya sudah bosan melihat desain mebel tersebut.

Hal ini masih ditambah lagi dengan banyaknya variasi desain mebel dan gaya interior yang ditawarkan di pasaran. Menurut Imelda, ada cara mudah untuk mengetahui selera pribadi seseorang.

”Sebelum memutuskan membeli, sering-seringlah datang dan melihat-lihat furnitur di toko-toko. Kemudian kumpulkan juga gambar-gambar interior yang Anda sukai. Selain gambar interior, untuk mengetahui selera pribadi, Anda juga bisa mengumpulkan gambar apa saja, mulai dari giwang, baju, motif kain, dan sebagainya,” kata Imelda.

Lalu, seleksilah gambar-gambar tersebut untuk menentukan mana yang benar-benar Anda sukai. Susun gambar-gambar yang dipilih dan tempel pada sebuah buku.

”Dari buku itu akan tercermin jelas selera Anda. Apakah Anda senang dengan benda-benda yang bentuknya simpel atau lebih memilih yang banyak ornamen dan pernak-perniknya,” ucap Imelda.

Bila selera sudah diketahui, Anda bisa mulai menata interior rumah yang sesuai. Di sini biasanya masuk pula sentuhan pribadi, seperti foto keluarga, sudut fungsional tetapi menyenangkan, atau benda-benda buatan sendiri.

Jika Anda mempunyai barang yang tak sesuai dengan penataan yang diinginkan, tetapi sayang membuangnya, simpan dulu. ”Penataan interior rumah perlu dilakukan ulang, misalnya satu tahun sekali. Lakukan rotasi gaya interior dengan barang-barang yang ada. Ini bisa menyegarkan suasana rumah,” ujar Imelda.

Menjadi diri sendiri

Menyesuaikan karakter pribadi tak hanya berlaku untuk interior, tetapi juga dalam mendesain rumah. Desain yang sesuai dengan karakter sangat penting karena kesesuaian itu membuat penghuni merasa menjadi diri sendiri di rumahnya. Imelda melihat banyak contoh penyimpangan antara desain rumah dan karakter pribadi pemiliknya.

”Iklan, program televisi, dan majalah banyak menyajikan tren penataan dan model rumah. Mereka seperti mendikte masyarakat. Rumah yang bagus adalah seperti yang ada di media. Akibatnya, mereka memilih rumah yang sesuai tren, bukan sesuai dengan dirinya,” kata Imelda.

Dia mencontohkan, sekitar tahun 1970 tumbuh rumah-rumah dengan pilar-pilar putih. Awalnya gejala ini muncul pada rumah-rumah besar, kemudian menular hingga rumah-rumah di dalam gang sekalipun. Sekitar akhir tahun 1980, ketika televisi swasta menayangkan opera sabun produksi negara-negara Amerika Latin yang menampilkan sofa besar dengan ukiran kayu berbentuk kepala garuda, kursi tersebut juga ditiru pembuat mebel bagi konsumen Indonesia.

”Selera orang memang bergeser, tetapi sebenarnya ini merupakan sesuatu yang diciptakan industri agar orang selalu mengikuti tren dan membeli produknya. Namun, setelah kita tinggal di sana, apakah kita merasa nyaman? Belum tentu,” ujar Imelda.(M Clara Wresti)

Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872

Tidak ada komentar:

Posting Komentar