Minggu, 19 Agustus 2007

Hunian Hemat Energi

Hunian Hemat Energi

Untuk hunian tropis, jendela sebaiknya dibuat menghadap selatan. Bagaimana jika telanjur menghadap timur atau barat?

Pemanasan global bukan isapan jempol. Di berbagai negara, buktinya sudah makin jelas terlihat. ''Meski belum ada penelitian yang dapat secara tepat memperkirakan seburuk apa dampaknya, janganlah kita bermain russian roulette dengan kehidupan anak cucu di masa mendatang,'' pesan Prof Norbert M Lechner saat berbicara di seminar Architecture in the Future, di Gedung Chefron, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Selasa (24/7).

Pemanasan global, lanjut Lechner, setali tiga uang dengan konsumsi berlebih energi fosil. Dosen Auburn University, Alabama, Amerika Serikat ini yakin, arsitek dapat berperan dalam kampanye anti-pemanasan global. ''Dengan menyodorkan desain yang tepat kepada pengguna jasa, arsitek dapat membantu dunia dari kehancuran akibat pemborosan sumber energi,'' cetusnya.

Dikaitkan dengan isu pemanasan global, Lechner memperkenalkan konsep hunian hemat energi. Solusi desain tersebut diharapkannya menjadi sumbangan kalangan arsitek bagi program pelestarian lingkungan hidup. ''Caranya tak sulit,'' ujar penulis buku Heating, Cooling, Lighting ini. Penghematan energi dapat dimulai dari tahap desain. Bentuk bangunan serta lokasi yang dipilih menjadi contoh aspeknya. ''Dengan itu saja, sudah 60 persen energi yang bisa dihemat,'' jelas Lechner.

Menghadap selatan
Untuk hunian tropis, Lechner menyarankan agar jendela dibuat menghadap selatan. Posisi ini membuat rumah lebih terlindung dari paparan cahaya matahari secara langsung. ''Sedangkan jendela menghadap utara merupakan opsi terbaik kedua,'' urainya. Bagaimana dengan rumah yang telanjur berjendela menghadap barat atau timur? Pemasangan awning bisa menjadi solusi. ''Dengan awning, Anda dapat mempercantik rumah sekaligus mendapatkan shading yang bagus,'' kata Lechner.

Di negara berhawa panas seperti Indonesia, upaya menghalau sinar matahari akan lebih mudah ketimbang menyejukkan ruang. Atur saja shading bangunan. Sebagai hasilnya, Anda akan mendapati ruang yang diterangi dengan cahaya alami sepanjang siang. Tak perlu menghidupkan lampu, selagi matahari masih bersinar.

Untuk menghasilkan rumah yang teduh, pembangunan beranda di sekeliling rumah dapat diterapkan. Lantas, penyediaan wind tunnel bisa mengatasi persoalan hawa panas. ''Agar rumah terang di siang hari, arsitek dapat memanfaatkan pantulan sinar matahari,'' tutur Lechner. Warna atap ternyata juga memberi dampak pada sejuk-panasnya hawa di dalam rumah. Atap berwarna gelap cenderung menyimpan panas matahari lebih lama. ''Pasang atap bercat putih dan rasakan perbedaannya,'' ucap Lechner.

Selain itu, pendinginan, penghangatan, dan pencahayaan pasif juga berperan dalam upaya menekan konsumsi energi. Besaran penggunaan energi yang dapat dihindari dengan cara ini mencapai 20 persen. ''Ditambah dengan desain rancang bangun yang tepat tadi, tagihan listrik rumah Anda dapat 80 persen lebih sedikit dari biasanya,'' imbuh Lechner.

Mungkinkah penghematan tersebut digenapkan menjadi 100 persen? Dr Ir Abimanyu Takdir Alamsyah MS percaya, ide besar ini mungkin diwujudkan. ''Manfaatkan saja teknologi photovoltaic,'' saran Abimanyu. Abimanyu melihat, pemborosan energi di perumahan paling sering terjadi pada penggunaan perangkat penghangat air, pendingin ruang, serta pemanas ruang bagi mereka yang tinggal di negara bermusim dingin. ''Aplikasi sel surya dapat menghasilkan listrik yang diperlukan untuk menghidupkan lampu atau penghangat air,'' papar kepala Riset dan Pengembangan Pusat Kajian Wilayah dan Perkotaan Universitas Indonesia ini. n rei
Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872

Tidak ada komentar:

Posting Komentar