Kamis, 27 Maret 2008

Mempertahankan Nuansa Alam dengan Pola Rumah Kampung

Mempertahankan Nuansa Alam dengan Pola Rumah Kampung

MENGHADIRKAN suasana alam ke dalam lingkungan rumah sebagai strategi untuk membuat lingkungan rumah lebih asri, ternyata belum cukup bagi sebagian orang. Masih ada taktik lain yang jauh lebih ampuh untuk membuat lingkungan rumah menjadi asri, yakni mempertahankan nuansa alam dengan konsep sebaliknya dengan menghadirkan rumah di alam terbuka bukan menghadirkan sekadar taman di lingkungan rumah.

SETIAP bagian rumah dibuat terpisah beberapa bagian, agar alam yang asli tidak perlu diubah atau diganggu. Misalnya, bangunan utama yang terdiri atas kamar tamu utama, ruang makan dan ruang bersantai berada di satu bangunan tersendiri. Kamar tamu dan ruang juga dibuat pada bangunan terpisah. Selain itu, ditambah lagi kamar kerja yang terpisah.

Konsep itu, sebenarnya menurut pemiliknya, keluarga Rizal Arsyad dan Diah Sulasmo, adalah memakai pola rumah kampung, di mana bangunan yang didirikan di atas sebidang tanah mengikuti pohon-pohon yang terdapat di atas lahan itu. Pohon-pohon besar yang sudah ada terlebih dulu berada di lokasi tersebut akan dipertahankan sebisanya.

Menurut Diah, sebagai orang yang cinta lingkungan alam yang asli, sejak awal saat membeli tanah untuk hunian, tak ada niat sama sekali untuk menebang pohon yang ada di atas lahan seluas 3.000 meter yang dibelinya di Kawasan Jati Padang, Jakarta Selatan.

Oleh karena itu, bangunan rumah yang ia bangun tahun 1990 didesain terpisah beberapa bagian agar seluruh hunian berada di tengah alam terbuka. Dia tak ingin sekadar bangunan besar dengan ruangan yang terpisah tembok seperti rumah pada umumnya.

Diah mengaku meniru konsep yang ada di "kampung-kampung" untuk membangun rumahnya, di mana dalam satu tanah keluarga terdiri atas banyak bangunan yang fungsinya berbeda.

Selain itu, juga bagian dari keinginan suaminya yang senang dengan bangunan yang dipertahankan ciri klasiknya.

"Dulu suami saya pernah tinggal di Holland, di mana bangunan tua diwajibkan dipertahankan dan tak bisa diganti dengan bangunan yang desain modern. Soal isinya, bisa disesuaikan dengan selera pemiliknya," ujar Diah.

Bahan bangunan juga diusahakan menggunakan bahan alam, seperti kayu damar yang tak perlu pengecatan. Kemudian dinding dengan batu bata yang tak lagi dilapisi dengan semen, agar dapat dipertahankan keaslian warna dari bahan bangunannya.

Keputusan untuk tidak melakukan pengecatan, ternyata tidak membuat bangun lalu tampak tua dan kusam setelah berumur sekitar sepuluh tahun lebih. Hal itu karena angin sangat bebas berembus di antara bangunan yang terpisah-pisah.

Bahkan duduk di teras bangunan pada siang hari, terik matahari nyaris tak terasa panas.

Sebab, kulit diterpa oleh angin yang seolah-olah sengaja dijebak oleh bangunan yang terpisah-pisah di atas lahan tersebut.

MEMPERTAHANKAN warna alamiah dari seluruh bahan bangunan yang digunakan ternyata memberikan tambahan keasrian dari seluruh bangunan. Ditambah lagi mebel yang juga sederhana. Misalnya, meja makan di dapur, dibuat sendiri dari kayu, yang tidak lebih seperti meja makan di warung Bakso Lapangan Tembak Senayan yang cukup terkenal di Jakarta.

Sebagian atap dapur, juga menggunakan genteng yang transparan sehingga cahaya matahari dapat bebas masuk sebagai penerangan pada siang hari. Sementara itu, untuk mengatasi agar terik panas matahari tak ikut masuk ke dalam rumah, sebagian ventilasi udara diatur sedemikian rupa, untuk jalan masuknya angin.

Pada sudut halaman terdapat kolam renang dengan ukuran 6 x 12 meter, yang pada dindingnya juga didesain secara alami sehingga kolamnya pun tidak memberikan kesan mewah bagi rumah itu secara keseluruhan. Pada salah satu sisi kolam, diletakkan dua patung yang memancurkan air ke kolam sehingga suara air bisa menambahkan kesejukan di tengah halaman rumah.

Aksesoris bangunan yang juga menarik adalah piring-piring antik bercorak Cina yang sengaja ditempel secara permanen di beberapa sudut bangunan. Detail semacam itu, cukup kreatif membuat bangunan rumah juga semakin anggun di tengah kesederhanaan karena dibiarkan tanpa pengecatan.

Memang sulit meniru konsep membangun rumah ala pasangan Rizal dan Diah sebab memang memerlukan luas lahan yang relatif luas.

Tetapi sebenarnya ada pelajaran yang dapat dipetik, di antaranya mempertahankan semaksimal mungkin kelestarian alam.

Jika belajar mempertahankan alam, kita ketahui tidak sedikit orang memotong satu pohon di depan pagar mereka, hanya untuk memperluas ruang parkir kendaraan di rumahnya. Padahal, mematikan satu pohon di sudut rumah sama saja mengurangi "cahaya" kehidupan rumah karena nuansa kehidupan itu ternyata ikut mati bersama pohon yang ditebang.Kompas



Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872

Desain Rumah Minimalis Design Interior Eksterior Jasa Renovasi Bangunan Arsitektur Moderen Gambar 3D Animasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar