Selasa, 19 Agustus 2008

Feng Shui Daerah Kelapa Gading, "Kepala Sang Naga dan Petaka Banjir"



Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872

Desain Rumah Minimalis Design Interior Eksterior Jasa Renovasi Bangunan Arsitektur Moderen Gambar 3D Animasi

Feng Shui Daerah Kelapa Gading, "Kepala Sang Naga dan Petaka Banjir"


Feng Shui Daerah Kelapa Gading, "Kepala Sang Naga dan Petaka Banjir"

Berdasarkan perhitungan geografi feng shui, maka didapatilah letak atau posisi kepala naga di sebuah daerah bernama Kelapa Gading. Dasar perhitungannya seperti apa, tidak tahu. Yang pasti, naga dalam kepercayaan Feng Shui punya kaitan kuat dengan kesuksesan, keberuntungan (hoki), dan kelancaran rejeki. Keseluruhan bodi naga mengandung tiga unsur itu. Tapi tentu saja, kaitan paling kuat terletak di daerah kepala. Ya di daerah Kelapa Gading itu.

Orang China yang begitu fanatik dengan Feng Shui mempercayai betul hasil perhitungan geografis tersebut, dan berusaha meraihnya. Maka berbondong-bondonglah mereka mendatangi daerah yang masih berupa daratan rawa itu. Daratan yang mestinya jadi tempat tampungan air, terutama di waktu hujan. Daratan rawa itu kemudian diurug dengan ribuan kubik tanah, dan ditanam dengan ratusan tiang-tiang pondasi. Peraturan daerah peruntukan tak digubris, dan hasil Amdal dimodifikasi sedemikian rupa agar semua obsesi mereka terwujud. Obsesi untuk mendapatkan berkah 'sang Naga'. Dengan kata lain, obsesi untuk sukses, beruntung (hokki), dan lancar rezeki. Walhasil, hanya dalam jangka waktu beberapa tahun, daerah rawa yang bernama Kelapa Gading itu berubah menjadi sebuah kawasan perumahan elit, lengkap dengan komplek perkantoran, mall dan apartment. Rezeki dituai dengan begitu mudahnya dengan dijalankannya sentra-sentra bisnis dan perdagangan di daerah itu. Perlahan dan terus beranjak cepat, berkah 'kepala sang Naga' dirasakan begitu nyata oleh orang-orang China, baik yang tinggal, maupun yang hanya menjalankan kegiatan bisnisnya di daerah itu.

Tapi kemudian tahun 2002 datang. Hujan turun dengan derasnya dan tak berhenti-henti. Banjir bandhang melanda Jakarta, dan mengusik kepala sang Naga. Daerah Kelapa Gading termasuk salah satu daerah yang paling parah di Jakarta yang terendam banjir. Ratusan rumah tergenang oleh air yang meluap dari tanggul dan saluran drainase di sekitarnya. Aset-aset yang tak sempat diselamatkan, seperti mobil dan alat-alat elektronik, terpaksa menjadi korban dari petaka itu.

Setelah banjir berlalu, orang-orang kemudian meributkan tentang kesalahan peruntukan dan daerah rawa yang diurug oleh ribuan kubik tanah. Daerah Kapuk dan Kelapa Gading jadi fokus perhatian. Sedikit orang yang menyinggung tentang kepala sang Naga, yang membuat banyak orang China terobsesi untuk hidup dan mencari keberuntungan di daerah rawa itu. Yang akhirnya mendorong peraturan-peraturan lingkungan hidup bisa diatur dan dimodifikasi sedemikian rupa.

Waktu kemudian berlalu seperti biasa. Orang-orang disibukkan kembali dengan aktifitas rutin, dan sekelumit permasalahan hidup yang melilit ibukota dan tanah air. Masyarakat dan pemerintah tersedot perhatiannya dengan permasalahan BBM, listrik, biaya pendidikan, dan permasalahan-permasalahan nasional lainnya yang tak kunjung selesai. Masyarakat mulai melupakan bencana banjir yang sempat sangat merepotkan mereka.

Dan daerah Kelapa Gading mulai bergeliat kembali. Jumlah apartment, mall, ruko dan perkantoran bertambah dari waktu sebelumnya. Yang artinya, area tanah resapan di daerah itu semakin terus saja berkurang. Mungkin spirit ‘Kepala Sang Naga’ yang masih membara yang membuat laju pembangunan di daerah itu dengan ‘beraninya’ tak menggubris permasalahan lingkungan (banjir, dan tanah resapan).

Sampai akhirnya tahun 2007 datang. Hujan turun dengan derasnya, dan tak berhenti-henti.

Dan Kita semua tahu apa yang selanjutnya terjadi.

Sumber : arsitektur-istn.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar