Rabu, 20 Agustus 2008

Arsitek ITB, Raih Gelar Magister Komik dari AS

Arsitek ITB, Raih Gelar Magister Komik dari AS


Arsitek ITB, Raih Gelar Magister Komik dari AS

Christiawan Lie, Komikus Indonesia yang Tampil di Ajang San Diego Comic-Con

Bagi sebagian besar orang, komik hanyalah sebatas hobi. Namun, Christiawan Lie berhasil menembus industri komik mainstream Amerika. Sulung tiga bersaudara ini telah menghasilkan 40 komik yang diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan 25 tokoh karakter komik. Chris pun menjadi satu-satunya orang Indonesia yang tampil di ajang San Diego Comic-Con, Juli lalu.


KOMIK teranyarnya, Return to Labyrinth, terjual habis hanya dalam dua hari di ajang komik terbesar di dunia, San Diego Comic-Con 2006, Juli lalu. Di komik itu, Chris berperan sebagai ilustrator. Penulis ceritanya Jake Forbes. Komik terbitan Tokyopop tersebut memang sedang digandrungi para pecinta komik. Tak heran jika sekitar 900 orang rela antre demi mendapatkan tanda tangannya di ajang yang sama.

Tak ada yang menyangka bahwa komikus itu berasal dari Indonesia. Komikus bernama beken Chris Lie tersebut hingga sekarang masih memegang kewarganegaraan Indonesia. Kiprahnya sebagai komikus dunia dimulai sejak dia melanjutkan studi ke jenjang master. Di AS, arsitek jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu memilih jurusan yang tidak lazim, magister komik.

Pria kelahiran Bandung, 5 September 1974, itu tahun lalu merampungkan studi untuk meraih magister komiknya di Savanah College of Art and Design, Savannah, Georgia. “Aku ambil master of fine arts jurusan sequential art, atau kalau diterjemahkan, jurusan komik,” terangnya.

Chris memang sudah berniat menyeriusi komik. Baginya, komik bukan lagi sekadar hobi. Namun, sudah menjadi panggilan jiwanya. “Mencari sekolahnya ini yang susah, kebetulan aku dapat beasiswa fullbrigth S-2 di Amerika ini,” ujar pria yang dinobatkan menjadi lulusan terbaik program S-2 itu. Komikus sudah menjadi cita-cita Chris sejak kecil. Kecintaannya kepada buku cerita bergambar itu dimulai ketika dia duduk di bangku kelas 3 SD. Chris sangat menyukai komik petualangan Tintin.

Hobi membaca tersebut kemudian berkembang menjadi hobi menggambar komik. Umur 13 tahun, Chris sudah mahir membuat tokoh-tokoh komik buatannya sendiri.Komik pertama yang dibuatnya adalah adaptasi dari animasi Centurion. “Film ini dulu ditayangkan di TVRI, aku gambar sendiri ke dalam versi komik,” ujarnya. Komiknya itu sempat “terbit” tiga jilid. Tentu saja, hanya di kalangan terbatas, beredar dari tangan ke tangan melalui teman-teman terdekatnya saja.

Hingga 1998, anak pasangan Lie Hong Ing dan Tan Hwa Kiem ini benar-benar mempunyai komik yang diterbitkan, berjudul Katalis. Setelah itu, beruntun karyanya mulai menghiasi sejumlah toko buku dengan Amoeba, Petualangan Ozzie, Ophir, dan 16 judul buku lainnya. Kepiawaiannya menggambar komik dikukuhkan dengan beragam gelar juara tingkat Asia. Mulai MTV Faces of the Millennium (2000), AXN-Asia Strip Contest (2001 dan 2002), serta Singapore Comic Competition (2002).

Setelah itu, kiprahnya semakin tak terbendung. Selama menjalani kuliah S-2, Chris sempat magang di Devil’s Due, penerbit yang memegang lisensi komik GI Joe. “Secara tak terduga, desainku disukai Hasbro (perusahaan mainan raksasa pemegang lisensi pusat GI Joe),” paparnya. Perusahaan itu menyukai gaya desain dan gambar karya Chris.

Sejak akhir 2004, Chris terlibat proyek yang berkaitan dengan GI Joe Sigma 6, yang merupakan reinkarnasi serial GI Joe. “Karakternya tetap sama, hanya konsep dan penggambarannya yang dibuat modern, disesuaikan dengan budaya masa kini,” imbuhnya.

Chris menangani pembuatan desain action figures, ilustrasi untuk cover DVD, packaging, dan bentuk promosi lainnya yang berkaitan dengan komik tersebut. “Seperti mainan dan bentuk-bentuk promosi lain di Burger King dan beberapa restoran besar lainnya,” sambung penggemar tokoh Spiderman itu. Sekitar 25 buah action figure GI Joe Sigma 6 lahir dari tangannya.

Kreativitasnya tak berhenti hanya di situ. Chris mulai merambah ke komik-komik lainnya. Sejauh ini, komik karyanya yang sudah diterbitkan di Amerika, antara lain 6 buku GI JOe Sigma 6, GI JOe Arashikage Showdown (GN - Graphic Novel), Return to Labyrinth (GN) volume 1, Josie and The Pussycats short stories ( 12 buku), Dungeon and Dragons; Eberron volume 1.

Penggemar Srimulat itu juga sedang terlibat dalam proyek terbarunya, Return to Labyrinth. Dalam sequel dari kisah klasik Labyrinth (1986) yang diproduseri Jim Henson (kreator Muppet Show) dan George Lucas (Star Wars) itu, Chris bertindak sebagai ilustrator. Berkat karyanya ini, Chris mulai terlibat dalam berbagai even komik internasional, seperti San Diego Comic Con sejak 2004. “Terus terang, Comic-Con yang lalu memang sangat berkesan dibandingkan dengan event lainnya,” tuturnya.

Pasalnya, buku terbarunya itu habis terjual hanya dalam dua hari. Selain itu, gelaran diskusi panel yang menghadirkan dirinya dipenuhi ratusan penggemar komik. “Mereka rela antre untuk mendapatkan tanda tangan saya,” lanjutnya. Meski sudah meraup sukses, Chris mengaku belum sepenuhnya puas.

Saat ini, Chris sedang mengerjakan tantangan berikutnya berupa cerita pendek. Di proyek itu, Chris berkolaborasi dengan John Rogers, penulis cerita Transformer: The Movie. “Aku selalu antusias dengan semua karya baru, kita lihat saja nanti hasilnya,” imbuhnya lagi. Selain merampungkan cerita pendek itu, Chris juga ingin berkolaborasi dengan penulis Indonesia. “Aku sangat tertarik bikin Graphic Novel di Indonesia, ingin kolaborasi dengan novelis berbakat Indonesia,” tandasnya.

Sumber : jambi-independent.co.id



Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872

Desain Rumah Minimalis Design Interior Eksterior Jasa Renovasi Bangunan Arsitektur Moderen Gambar 3D Animasi

1 komentar: