Senin, 19 Mei 2008

Rumah Kayu Multikultur Krisna Mukti

Rumah Kayu Multikultur

Dari balkon rumah ini, setiap pagi Krisna menikmati sejuknya embun, gemericik air, dan hijaunya sawah.

Kesibukan dan hiruk-pikuk Kota Jakarta tak jarang membuat Krisna Mukti jenuh. Saat itulah, pria yang dikenal sebagai aktor, presenter, dan bintang iklan ini memimpikan suasana lain. Impiannya adalah rumah kayu di lahan luas yang dulu kerap ia lihat di film Little House on The Prairie.

Demi mewujudkan mimpi itu, mulailah Krisna berburu lahan. Saat itu, ia menetapkan tiga syarat untuk lahan idamannya: ada gemericik air, rimbun pepohonan, dan agak jauh dari tetangga. Tak mudah rupanya menemukan lahan yang memenuhi ketiga syarat itu, meski ia telah menjelajahi kawasan Cibubur, Jonggol sampai Gunung Salak.

Akhirnya, pencarian itu berujung juga. Krisna merasa 'klik' ketika ditawari lahan seluas 5.600 meter persegi di daerah Cisaat, Sukabumi, Jawa Barat. ''Melihat lahannya penuh pepohonan, ada mata air, saya langsung mau. Ini yang saya cari, atmosfernya semua dapat,'' kata Krisna mengenang perburuannya pada tahun 2001.

Setelah mendapatkan lahan di kaki Gunung Gede Pangrango ini, pembangunan rumah tinggal pun dirancang. Luas hunian itu 1.600 meter persegi, dengan bahan utama kayu pinus. Maklum, kawasan ini memang dikepung pohon-pohon pinus.

Butuh waktu sekitar tiga tahun untuk membangun rumah asri berlantai tiga ini. ''Konsep rumah kayu ini multikultural dengan banyak tema,'' ungkap Krisna. Ruang tamu di lantai satu ditata unik dengan beragam pernik dari dalam dan luar negeri. Beberapa tanduk binatang menghias dinding. Lantai dua berisi ruang makan dan ruang tidur si empunya rumah. Aroma Jawa terasa sangat kental pada ruang tidur yang dilengkapi ranjang kayu plus kelambu itu. Naik beberapa anak tangga dari ruang makan, tampaklah dapur yang ditata ala country. Lewat jendela besar yang ada di dapur, Krisna mengaku dapat sepuas hati menikmati panorama indah di luar sana.

Naik ke lantai tiga, suasana nyaman kembali menyergap. Selain tiga buah kamar, tersedia pula ruang baca dan ruang untuk menonton TV. Krisna menata tiga kamar itu secara berbeda. Kamar di dekat ruang baca, sarat dengan nuansa Oriental. Kamar di bagian tengah bernuansa Timur Tengah. Sisha, rebana, dan boneka unta menjadi pernik yang menebalkan aroma Timur Tengah itu. Lain lagi dengan kamar di dekat ruang menonton TV. Di sini, Krisna memilih gaya western. Bendera Amerika Serikat dan Inggris mendekorasi kamar ini. Seprai pun bercorak bendera Amerika.

Masing-masing kamar memiliki balkon. Dari balkon inilah, terlihat jelas Gunung Gede Pangrango, sungai, dan hamparan sawah. Krisna sendiri memfavoritkan balkon di depan kamar Oriental. ''Setiap pagi sambil sarapan, saya duduk di sini melihat embun pagi, gemericik air, dan penduduk pergi ke sawah. Suasana ini sangat mengasyikkan,'' kata Abang Jakarta 1993 ini. Sementara siang itu, ketika Republika menyambangi rumah ini, sejumlah bocah asyik berenang di sungai yang mengalir tepat di depan kediaman Krisna.

Inikah rumah ideal Krisna? ''Kalau ideal belum, karena masih banyak yang belum tersedia seperti ruang karaoke, tempat fitness, dan lainnya,'' aku pria ramah ini. ''Tapi, inilah rumah idaman saya, hasil desain saya sendiri. Terserah orang mau bilang apa, beginilah saya.''

Gazebo beragam tema
Selain rumah inti, pembawa acara Lintas Akhir Pekan di TPI ini membangun sejumlah gazebo dengan beragam tema. Ada gazebo yang dibuat mirip rumah adat Toraja. Di dalamnya tertata aneka cenderamata khas Toraja. Ada pula gazebo Jawa dan Cina. ''Mereka yang berkunjung ke sini, tinggal memilih gazebo mana yang dirasa paling nyaman.''

Di lahan yang luas ini, Krisna ternyata punya banyak rencana. Tak cukup membangun rumah inti dan gazebo, ia pun berencana membuat sejumlah rumah panggung yang didesain senatural mungkin dengan gaya etnik. Yang saat ini sudah berdiri adalah rumah ala Kalimantan dan Papua.

Rencananya, rumah-rumah panggung itu akan disewakan untuk umum. Namun, Krisna menginginkan, para penyewanya adalah orang-orang asing. Mengapa begitu? Krisna berpendapat, mereka lebih bisa menghargai barang-barang seni Indonesia.

Dari total luas lahan 5.600 meter persegi, sudah 3.800 meter persegi yang dibangun. Pembangunan dilakukan secara bertahap. ''Kalau sedang ada dana, pembangunan dilanjutkan, santai saja,'' kata Krisna yang rajin berburu barang-barang antik.

Di rumah yang asri dan alami ini, Krisna tinggal bersama enam karyawan yang bertugas merawat dan menjaga kediamannya. Tak ketinggalan adalah sejumlah hewan peliharaan. Bungsu dari lima bersaudara ini ternyata penyuka binatang. Lebih dari 10 jenis satwa meramaikan rumah ini. Ada kucing angora, kura-kura, kelinci, angsa, ular dan lainnya. Mereka dibiarkan hidup bebas. ''Bahkan, semut pun tak boleh dibunuh.''

Berbincang dengan Krisna mengenai rumah unik ini sungguh mengasyikkan. Tak terasa senja telah datang. Republika pun beranjak pulang. Dari kejauhan, rumah Krisna tampak samar terbungkus kabut tipis. Cantik sekali...
(vie )

Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872

Desain Rumah Minimalis Design Interior Eksterior Jasa Renovasi Bangunan Arsitektur Moderen Gambar 3D Animasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar