Arsitek Rumah Mungil
Rumah Mungil, Rumah Sehat
Rumah yang mungil. Rumah yang sehat. Damailah aku di dalamnya. Syair lagu Rumah Mungil yang pernah menjadi hits di tahun 80-an dan dinyanyikan penyanyi cilik Elsa Sigar, putri Ully Sigar Rusadi ini, mengingatkan orang pada kondisi masa kini. Karena keterbatasan lahan orang harus puas memiliki rumah mungil, selain itu, bagi banyak pasangan muda yang baru menjalani hidup berumahtangga, keterbatasan dana membuat mereka melirik rumah mungil. Toh, pada kenyataannya, memiliki rumah mungil buat orang kota yang sibuk jauh lebih praktis dan efektif ketimbang rumah besar yang membutuhkan dana dan tenaga perawatan yang tak sedikit.
Menyadari kondisi itu, arsitek Imelda Akmal, yang dikenal dengan buku seri Rumah Mungil yang laris di pasaran, membuka rahasia penataan rumah mungil agar berkesan lapang dan sehat lewat buku Menata Rumah Mungil yang Sehat. Tak bisa ditampik, selama ini bayangan orang mengenai rumah mungil adalah rumah yang kumuh, sesak, dan tak sehat. Ibarat guyonan yang berkembang di tengah masyarakat, rumah mungil dikenal dengan sebutan RSSSSSSS, singkatan dari Rumah Sederhana, Sempit Sekali, Sekali Selonjoran Sudah Sesak.
Pemilik rumah mungil, kata Imelda, juga ingin mewujudkan rumahnya menjadi tempat istirahat dan berteduh yang nyaman. "Ukuran yang terbatas tak berarti membatasi pula pemilik untuk mewujudkan rumahnya menjadi sehat, lapang, dan tertata sesuai dengan fungsi dan estetika," kata Imelda. Untuk mencapainya, menurut arsitek lulusan Universitas Trisakti ini, dibutuhkan kepandaian menata dan mengelola rumah mungil.
Sayangnya, saat ini sedikit sekali desain arsitektur yang memperhitungkan faktor kesehatan untuk rumah mungil. Kepadatan penduduk, sulitnya mendapatkan rumah, dan semakin sempitnya lahan membuat alternatif memilih rumah kurang memenuhi persyaratan kesehatan yang ideal. Di samping itu para pengembang rumah mungil hanya mementingkan sisi komersial dengan teknik rancangan yang menitikberatkan pada kemegahan bangunan, gaya arsitektur mutakhir, kemewahan material, demi menarik perhatian dan mendongkrak angka penjualan.
Imelda menuturkan, kesehatan fisiologis rumah mencakup kemampuan rumah memberi rasa aman, melindungi penghuninya dari gangguan alam, cuaca, dan sebagainya. Dengan demikian, kendati mungil, rumah tentu harus memiliki konstruksi bangunan kuat, bahan bangunan yang aman dan berkualitas baik, serta penerangan dan sirkulasi udara yang cukup. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah sarana dan prasarana yang memadai, serta lingkungan bersih, sehat dan aman. Sedangkan fungsi rumah untuk kesehatan psikologis adalah sebuah rumah harus memberi kesehatan jiwa, rasa nyaman, santai, dan tenteram saat penghuni berada di dalamnya.
Dewasa ini para pengembang real estat mulai ramai mengembangkan rumah mungil bertipe studio. Rumah studio ini hanya memiliki satu ruang besar. Ruang besar ini justru menguji kepandaian kita menatanya agar berfungsi menjadi ruang duduk, ruang tidur, ruang makan, ruang kerja, sampai ruang dapur. Semua ruang dibiarkan terbuka satu sama lain kecuali kamar mandi yang memiliki pintu tersendiri.
Bila penghuninya menata semua fungsi ruang dengan baik dan kompak, rumah akan terlihat bersih, rapi, dan apik. Imelda mencontohkan, misalnya penghuni bisa memilih tempat tidur yang bisa dinaikkan ke atas, sedangkan bagian bawahnya dipakai sebagai laci tempat menyimpan berkas penting. Lemari pakaian dibuat di atas kepala tempat tidur seluas dinding sehingga menjadi tempat penyimpanan yang efisien dan menghemat ruang.
Selain rumah mungil bertipe studio, penataan rumah mungil lainnya yang kini sedang digemari adalah rumah tipe kosmopolitan. Tipe ini merupakan pilihan generasi muda masa kini yang memiliki kesibukan di luar rumah. Akibatnya rumah mungil bertipe ini tidak terlalu mementingkan ruang tamu. Pasalnya gaya kosmopolitan cenderung menerima atau mengajak tamunya bertemu di luar rumah seperti di kafe. Rumah mungil bertipe ini cenderung simpel karena memberikan satu ruang besar terbuka yang multi fungsi atau serba guna. Warna yang digunakan rumah mungil tipe ini antara lain permainan abu-abu, hitam, dan dominasi putih sehingga terkesan elegan, lapang, bersih, dan sehat.
Penyanyi Titi DJ termasuk pemilik rumah mungil bertipe kosmopolitan. Ia mengaku membeli rumah jadi di kawasan Jakarta Barat dengan lahan terbatas. Awalnya, untuk ukuran keluarga besar yang terdiri dari suami dan empat anak, Titi berangan-angan bisa memiliki rumah berlahan seribu meter persegi. Sayangnya, Titi hanya kebagian jatah rumah seluas 450 meter persegi yang terdiri dari luas bangunan rumah hampir 300 meter persegi dan sisanya halaman dan kebun. "Untuk ukuran keluarga besar, rumah yang saya tempati termasuk mungil," katanya.
Desain rumahnya terdiri dari masing-masing satu ruang tamu, ruang keluarga, dan ruang makan. Ruang tidur awalnya hanya dua ditambah dua ruang tidur kecil untuk pembantu. “Karena anak saya ada empat orang, kami terpaksa merenovasi kamar," kata ibu muda yang makin terlihat cantik dan langsing ini. Hasilnya sekarang ada empat ruang tidur untuk anak-anak dan empat ruang tidur tambahan untuk pembantu. "Ruang tamu ditiadakan, hanya ada ruang besar yang saya tambahkan sofa besar untuk berkumpul ketika menonton televisi,” ujar Titi menjelaskan. Ia berpendapat selama ini tamu yang datang ke rumahnya merupakan sahabat dekat yang biasa diajak ke luar rumah. “Kalaupun bertamu tidak perlu persiapan khusus karena sudah menyatu dengan keluarga saya,” imbuhnya.
Menganggap rumahnya terlalu mungil, ia pun melengkapi sofa serba simpel dan bergaya minimalis supaya terlihat lapang. Mengenai warna ia memilih warna terang seperti kuning, oranye, merah, hijau untuk menciptakan kesan ceria, nyaman, dan bersih bagi putra-putrinya di rumah. Untuk dapur ia membuat dua dapur; bersih dan kotor. Dapur bersih yang menyatu dengan ruang makan dengan ukuran dua kali dua meter persegi. Di sini ia meletakkan alat rumah tangga praktis seperti mesin juser, open listrik, wastafel, kulkas, kompor gas listrik, dan sebagainya untuk menghidangkan atau menghangatkan makanan siap saji. Tepat di dekat taman belakang di luar rumah, Titi membuat dapur besar atau dapur kotor. Dapur ini berfungsi sebagai tempat memasak sehari-hari. “Kalau masak di luar asapnya langsung tersedot ke luar untuk menghindari polusi," katanya.
Titi juga membiasakan setiap siang hari membuka semua jendela untuk mendapatkan hawa segar. “Saya hanya menyalakan pendingin ruangan di malam hari," katanya. Ini ia lakukan setelah mendapat saran dari seorang kawan arsitek. "Katanya, cara ini ampuh untuk membuat rumah saya terasa segar dan lapang seperti rumah besar," katanya.
Senada dengan Titi, artis lain Sophia Latjuba merasa bersyukur tinggal di rumah mungil miliknya sekarang. Kendati bersama keluarganya dulu ia terbiasa hidup di rumah besar, justru ia menemukan kenikmatan tinggal di rumah mungil seperti sekarang. "Hubungan saya dan Eva makin akrab," katanya. Sophie, begitu ia akrab dipanggil, dan putrinya memang tinggal berdua.
Menurut perempuan cantik yang masih betah sendirian ini, rumah mungil dinilainya lebih simpel, elegan, dan tak memerlukan perabot banyak. Selain itu, mampu pula menghadirkan kesan harmonis dan nyaman. “Di rumah saya hanya ada ruang besar terbuka sebagai ruang tamu, sedangkan ruang keluarga dan ruang makan jadi satu," kata perempuan blasteran Jerman dan Makassar ini. Ruang tidurnya berukuran kecil dua kali dua meter yang dinilainya cukup nyaman untuknya, Eva, dan pembantu. "Punya rumah mungil itu enak karena berkesan akrab, tidak perlu ruang luas seperti rumah besar yang memberi kesan jauh," katanya. Di ruangan terbuka di rumahnya itu, Sophie dan Eva sering melakukan kegiatan berdua.
Dengan rumah berukuran seratus meter, Sophie mengaku lebih ringan menata dan membersihkan ruangan dalam rumahnya. Ia biasa melengkapi rumahnya dengan aromaterapi untuk mendapatkan kesan segar dan sehat. Funitur dipilih yang ringan berwarna terang supaya terkesan lapang, bersih, dan sehat. Pemilik rumah di Kedoya Elok ini tidak perlu khawatir bila meninggalkan rumah mungilnya dalam waktu lama. Karena ruangan yang terbatas, ia bisa membersihkan debu yang bercokol di rumahnya dalam sekejap mata.
Konsep rumah mungil yang sehat dan nyaman juga dipaparkan Yori Antar, arsitek lulusan Universitas Indonesia. Katanya, di era milenium yang serba cepat dan praktis ini kebutuhan rumah mungil memang meningkat tajam. Bahkan ia mencontohkan konsep apartemen yang bertipe studio kini mulai diminati masyarakat kota besar seperti Jakarta. “Rumah mungil justru punya aspek psikologis yang mendekatkan hubungan anggota keluarga," katanya. Di samping itu, lebih efisien dalam menata dan merawatnya.
Menurut Yori, rumah mungil tak berarti kumuh dan seadanya. "Soal pembiayaan rumah mungil relatif," katanya. Ketika membeli rumah, karena lahannya terbatas, harganya mungkin saja lumayan murah dibandingkan membeli rumah besar, namun pada waktu menatanya rumah idaman, itu tergantung selera. "Jadi, semuanya relatif, tergantung penataannya. Bisa lebih mahal atau murah," katanya. Pemilik rumah yang berselera tinggi bisa menata rumahnya dengan furnitur mewah dan berkelas, yang membuat rumah mungilnya memenuhi prinsip arsitektur yang baik serta tak lagi berkesan seadanya. Jadi, kata siapa rumah mungil tak bisa nyaman dan sehat?
Design Build And Renovate Your Home Indonesia Service
Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872
Desain Rumah Minimalis Design Interior Eksterior Jasa Renovasi Bangunan Arsitektur Moderen Gambar 3D Animasi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Arsitek rumah mungil
BalasHapus